RIP: Sri Astari Rasjid (26 Maret 1953 – 11 Desember 2022)
Keluarga Besar Sivitas Akademika Institut Kesenian Jakarta ikut belasungkawa sedalam-dalamnya atas wafatnya:
Sri Astari Rasjid (26 Maret 1953 – 11 Desember 2022)
Dosen Program Studi Seni Murni Fakultas Seni Rupa Institut Kesenian Jakarta (1987-2002)
*
Almarhumah berpulang ke rahmatullah pada hari Minggu, 11 Desember 2022 pk 19:48 waktu Singapura di Farrer Park Hospital, Singapura. Disemayamkan Selasa, 13 Desember 2022 pk. 08:00 – 11:30 WIB di Ruang JOHN Rumah Duka MRCC Siloam Semanggi Jakarta, dan segera diberangkatkan ba’da Zuhur ke San Diego Hills, Mercy H16, Karawang-Jawa Barat.
*
Sri Astari Rasjid (26 Maret 1953 – 11 Desember 2022)
Perempuan yang lahir di Jakarta tahun 1953 ini dua dekade kemudian lulus studi Sastra Inggris di Universitas Indonesia (1973). Sembari menjadi Wakil Redaktur dan Pemimpin Majalah “Mode Indonesia” (1974), ia melanjutkan kuliah di Lucy Clayton School of Fashion Designer, London – United Kingdom (Inggris Raya) di tahun 1976 dan lanjut mempelajari seni lukis di Departemen Kesenian di University of Minnesota – USA hingga tahun 1987 sekaligus pula di Art Course, Royal College of Art, London – UK (lulus tahun 1988). Tahun 1987 Astari mulai mengajar, menjadi dosen di jurusan Seni Murni (fine art) Fakultas Seni Rupa Institut Kesenian Jakarta (IKJ) hingga tahun 2002.
Seiring dengan itu Astari terpilih sebagai Ketua Panitia Seni Rupa Dewan Kesenian Jakarta (1990 – 1996) dan kemudian memegang tongkat komando penyelenggaraan Jakarta Arts Biennale (1993) serta Pameran Seni Kontemporer Negara Non Blok Jakarta (1995). Di antara aktivitasnya tersebut, Astari tetap aktif produktif berkarya seni dan beberapa berada di posisi teratas, salah satunya berhasil memenangkan Philip Morris Indonesian Art Awards VI 1999 di Galeri Nasional Indonesia.
Kegiatannya di area Pusat Kesenian Jakarta Taman Ismail Marzuki membawanya merambah ke berbagai lembaga yang ada di dalam dan sekitarnya, antara lain di tahun 1989 hingga 2013 menjadi pengurus Yayasan Kesenian Jakarta (YKJ) dan sejak 1994 sampai sekarang selaku anggota Pengurus Yayasan Seni Rupa Indonesia (YSRI) dan Dewan Pembina Yayasan Mitra Mandiri Indonesia (YMMI) sejak tahun 1995.
Pameran Tunggalnya antara lain: Kenangan (1999 – 2000), Galeri Ganesha, Jimbaran – Bali; Wings & Excursions (2000 – 2001), Ganesha Gallery, Jimbaran – Bali; Pameran Miliknya (2008), Vanessa Art Link 798 District, Beijing – China; Yang Terhormat Ibu (2016), Pameran Retrospektif, Pusat Kebudayaan Koesnadi Hardjasoemantri, Universitas Gajah Mada (UGM), Yogyakarta. Selain itu Astari kerap terpilih dalam berbagai pameran kelompok berkelas baik domestik maupun internasional. Selain seni rupa, Astari sempat menjadi Produser dan Art Director dari Dance & Musical Performance 2014 “Pulung Gelung Drupadi”, Teater Jakarta, TIM.
Awal tahun 2016 Presiden RI Joko Widodo melantiknya menjadi Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh Republik Indonesia untuk Republik Bulgaria Merangkap Republik Albania dan Republik Makedonia hingga tahun 2020.
Di penghujung masa tugasnya, Selasa, 30 Juni 2020, bertempat di Sculptural Yard Galeri Nasional Bulgaria, bersama KBRI Sofia, Astari menerbitkan bukunya yang berjudul “Art of Diplomacy” sekaligus resepsi perpisahannya sebagai Duta Besar RI Sofia. Acara dihadiri oleh Wakil Presiden Bulgaria, Y.M. Iliana Iotova serta para Duta Besar, kalangan diplomatik, kalangan pemerintahan, dan friends of Indonesia. Buku tersebut memuat informasi tentang keberhasilan diplomasi kebudayaan yang telah dilakukan KBRI Sofia di Bulgaria, Albania, dan Makedonia Utara selama periode 2016-2020. Buku “Art of Diplomacy” diterbitkan ke dalam tiga bahasa (bahasa Indonesia, bahasa Inggris, dan bahasa Bulgaria) . Seluruh tamu mendapatkan buku tersebut (bahasa Inggris atau Bulgaria), yang telah ditandatanganinya.Wapres Bulgaria, Iliana Iotova menyampaikan pengakuan atas keberhasilan diplomasi kebudayaan yang dilaksanakan KBRI Sofia selama periode 2016-2020 dalam mendekatkan Indonesia dan Bulgaria, sekaligus membuka peluang peningkatan kerja sama bilateral di bidang Trade, Tourism, and Investment antara kedua negara, salah satunya terbukti dengan adanya peningkatan 400% pada nilai perdagangan Indonesia-Bulgaria 2019 dan peningkatan 200% pada caturwulan pertama tahun 2020, dibandingkan dengan tahun sebelumnya. “Apresiasi saya kepada Dubes Sri Astari Rasjid, yang telah mempersatukan Kedubes-kedubes Asia di Sofia melalui inisiatifnya untuk menyelenggarakan acara tahunan Asian Festival sejak tahun 2017. Bagi saya, peran Dubes Astari sebagai seniman-duta besar yang banyak mempromosikan diplomasi kebudayaan tepat sekali dalam merepresentasikan Indonesia yang kaya akan budaya,” ujarnya. Buku “Art of Diplomacy” menurut Wapres Iliana Iotova lebih dari sekadar “formal report on the ambassadorship”, tetapi merupakan bahan bacaan yang inspiratif.
Lima hari sebelumnya Astari mendapatkan anugerah bintang penghargaan Madara Horseman-1st Degree dari Presiden Bulgaria, Rumen Radev (25 Juni 2020).
Astari adalah salah satu perupa kontemporer yang memadukan bakat, ketrampilan, dan teknik dengan pemikiran mendalam, sentuhan sejarah, dan imaji inovatif. Sosok terkemuka di dunia seni, dan dikenal dengan lukisan-lukisannya yang menggunakan “kolase media ragam”, serta mengeksplorasi isu-isu kehidupan perempuan dalam tradisi budaya Jawa masa kini, khususnya rasa ketidakadilan dan ketidaksetaraan karena perbedaan gender. Di dalam lukisan karyanya, yang tampak penuh humor sebenarnya mengandung kritik tajam serta kemarahan atas prosedur hukum di negeri ini.
Lukisannya menggambarkan wanita yang harus bersikap macho/gagah, dingin layaknya laki-laki, untuk bisa bertahan dalam sistem patriarki feodal. Namun seperti biasa Astari tetap halus dalam mengangkat isu sosial dalam lukisannya, tanpa mengabaikan prinsip keseimbangan yang merupakan salah satu ciri budaya Jawa. Unsur plesetan dan humor sebenarnya selalu ada di dalam karya-karyanya walaupun mungkin “audience” nya baru melihat sekarang. Stereotype gender diletakkan di bawah kaca pembesar untuk mempertanyakan pemahaman umum mengenai apa peran perempuan dan apa peran laki-laki dalam masyarakat Indonesia masa kini, dan sebagaimana anomali realitas gender sering terjadi tanpa dihiraukan.
Tradisi Jawa telah menjadi bagian inspirasi karyanya dari awal tahun 1980-an, yang khusus dilihat oleh Astari dari sudut pandang “idiosyncrasy” atau bagaimana karakter-karakter maupun kebiasaan-kebiasaan khas Jawa yang kompleks, kadang-kadang aneh, tidak lazim dan seringkali tidak masuk akal, namun diakui dan masih dijalani. Suatu proses yang cukup panjang, tempat ia mendapatkan pengetahuan yang lebih dalam mengenai idiosyncrasy budaya Jawa yang banyak mendominasi dan mempengaruhi perilaku manusia Indonesia, baik perempuan maupun laki-lakinya dalam banyak aspek kehidupan hingga saat ini. Menelaah hasil karyanya, ia bukan seorang feminis, tetapi karya-karyanya yang feminim banyak mengangkat isu-isu gender dan perempuan khususnya. Ia cukup berani mengeksplorasi dunia patriarki feodal budaya Jawa masa kini. Pada tahun 1982 hingga hari ini aktif pameran di Jakarta, Singapura, Amerika Serikat, Perancis, dll.