Rakta Mahardika Rupa – Merdeka Cipta Daulat Bangsa
Institut Kesenian Jakarta (IKJ) turut serta dalam Pameran Seni Visual Rakta Mahardika Rupa – Merdeka Cipta Daulat Bangsa bersama ISBI Aceh, ISI Padang Panjang, ISBI Bandung, ISI Yogyakarta, ISI Surakarta, STKW Surabaya, ISI Denpasar, Bali, dan ISBI Tanah Papua sebagai apresiasi karya para dosen dan mahasiswa dari 9 (sembilan) perguruan tinggi seni di Indonesia, untuk merespons dan memaknai semangat kepahlawanan menyambut Hari Pahlawan, yang diperingati setiap tanggal 10 November sebagai momen bersejarah untuk mengingatkan perjuangan merebut kemerdekaan bangsa Indonesia.
Disertai kata pengantar kuratorial dari Dr. Indah Tjahjawulan – Rektor IKJ, pameran yang berlangsung pada tanggal 10 November 2023 hingga 10 Januari 2024 ini diresmikan oleh Plt. Sekretaris Ditjen Diktiristek Tjitjik Srie Tjahjandarie di lobby Gedung D Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi Republik Indonesia dan pameran ini terbuka untuk umum (10/11).
Kuratorial
PAMERAN SENI VISUAL
RAKTA MAHARDIKA RUPA – MERDEKA CIPTA DAULAT BANGSA:
MEMAKNAI KEPAHLAWANAN MELALUI DIMENSI SENI VISUAL
Pameran Rakta Mahardika Rupa – Merdeka Cipta Daulat Bangsa ini merupakan apresiasi karya para dosen dan mahasiswa dari 9 (sembilan) perguruan tinggi seni di Indonesia yaitu: ISBI Aceh, ISI Padang Panjang, ISBI Bandung, Institut Kesenian Jakarta, ISI Yogyakarta, ISI Surakarta, STKW Surabaya, ISI Denpasar, Bali, dan ISBI Tanah Papua untuk merespons dan memaknai semangat kepahlawanan menyambut Hari Pahlawan, yang diperingati setiap tanggal 10 November sebagai momen bersejarah untuk mengingatkan perjuangan merebut kemerdekaan bangsa Indonesia.
Pahlawan dimaknai sebagai orang memiliki keberanian berkorban dalam membela kebenaran dan membela yang lemah. Pahlawan juga dipandang sebagai orang yang dikagumi atas hasil tindakannya sifat mulia dan perbuatan yang memiliki pengaruh terhadap tingkah laku orang lain dan bermanfaat bagi kepentingan masyarakat bangsa atau umat manusia. Pahlawan masa kini, tentunya tidak lagi melakukan perjuangan dengan cara mengangkat senjata. Para pahlawan masa kini dapat ditemukan di berbagai bidang kehidupan, termasuk bidang Seni Visual. Begitu banyak sosok pahlawan di sekitar kita. Bahkan mungkin tanpa kita sadari kita adalah pahlawan itu sendiri. Karena saat kita berbuat kebaikan dan tanpa sengaja menginspirasi orang lain untuk berbuat baik pula, maka kita pun menjadi pahlawan. Seperti yang dikatakan oleh Joseph Campbell, “Pahlawan adalah seseorang yang telah memberikan hidupnya untuk sesuatu yang lebih besar dari dirinya sendiri“.
Pameran ini menyajikan beragam karya interpretasi tentang apa yang menjadikan seseorang sebagai pahlawan. Melalui lukisan, patung, instalasi, fotografi, ilustrasi, animasi dan beragam media seni lainnya. Para perupa mengungkapkan pemahaman mereka tentang nilai kepahlawanan. Mereka mengangkat isu-isu seperti kemanusiaan, perlindungan lingkungan, hak asasi manusia, kesetaraan gender, keberagaman budaya, dan lainnya dengan sudut pandang yang beragam.
Dalam setiap karya para perupa pada pameran ini, terpancar semangat untuk mendorong perubahan positif dan merayakan pahlawan-pahlawan modern yang berani berbicara dan bertindak untuk kebaikan bersama. Misalnya pada karya Iwan Gunawan yang berjudul Sattvic Life, mengambil sudut pandang Mahatma Gandhi sebagai pahlawan untuk kemanusiaan dan belas kasih yang khususnya berupa sikap anti kekerasan yaitu terhadap hewan (sattva). Sattva adalah salah satu dari tiga guna (kebajikan/atribut) dalam filsafat Hindu dan Samkhya. Kata itu berarti “cahaya”, “kebaikan” dan “kemurnian”.
Karya lainnya menyoal perempuan. Lucky Wijayanti menarasikan perempuan sebagai pejuang dalam keluarga dan penjaga tradisi budaya. Perempuan Sasak bekerja dengan keterampilannya dalam membuat gerabah, menenun, menganyam, dan menari, yang menjaga budaya Sasak dapat terus bertahan dan tumbuh dalam perkembangan pembangunan.
Jimmy Ivan Suhendro dengan karya lino cut yang berjudul Para Pejuang Kalipasir menarasikan tukang becak, yang setiap hari menunggu penumpang. Tukang becak adalah profesi yang seringkali dianggap sangat rendah, namun ia adalah pejuang tangguh yang sangat penting sebagai tulang punggung dan pelindung dalam sebuah keluarga. Denny Rusanto melalui karya yang berjudul Ayah menggambarkan kepahlawanan yang sama, yaitu perjuangan ayah menghadapi problema kehidupan demi satu tujuan yaitu memberikan kemakmuran kepada keluarganya. Ayah adalah pahlawan, tulang punggung bagi keluarga, berjuang penuh semangat, gigih tak kenal lelah menjawab problema kehidupan.
Kepahlawanan dalam masa pandemik juga ditangkap oleh Beng Rahadian, yang memperlihatkan bagaimana ojek online (ojol) sebagai pahlawan ekonomi yang menghubungkan antar manusia dan menjadi alternatif pemberi harapan hidup. Sedangkan Saut Irianto Manik memperlihatkan bagaimana para nakes dari seluruh dunia bertempur di garda depan melawan musuh tak berwujud namun sangat mematikan yaitu virus covid.
Tentu masih banyak tema-tema kepahlawanan lainnya yang beragam pada karya-karya perupa dalam pameran ini. Karena pameran adalah tempat di mana berbagai ide dan gagasan bertemu dalam bentuk visual yang menginspirasi. 18 Perupa dari Institut Kesenian Jakarta yang mengikuti pameran ini, yaitu: Adien Artati Mahajani, Adityayoga, Amir Muchtar, Anastasia Maria, Anindyo Widito, Annisa Nur Ratnasari, Beng Rahadian, Budi Panca Mulia Tobing, Canti Clarinta, Deny Rusanto, Ehwan Kurniawan, Guntur Wibowo, Iwan Gunawan, Jimmy Ivan Suhendro, Lucky Wijayanti, Saut Irianto Manik, Saut Togatorop, Walid Syarthowi Basmalah, dan dengan jumlah karya seni total sebanyak 19 buah, diharapkan dapat memberikan inspirasi dan pemahaman yang lebih dalam tentang apa yang berarti menjadi pahlawan dalam konteks zaman yang terus berubah ini untuk terus berjuang dan menciptakan
perubahan positif dalam masyarakat.
Selamat menikmati pameran ini dan mari kita bersama-sama merayakan semangat kepahlawanan masa kini!
Jakarta, 10 November 2023.
*
Siaran Pers
Nomor : 106/Sipers/XI/2023
*Gandeng Perguruan Tinggi Seni se-Indonesia, Gedung Ditjen Diktiristek Disulap Jadi Galeri Seni*
Jakarta – Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi (Ditjen Diktiristek) bekerja sama dengan Badan Kerja Sama Perguruan Tinggi Seni Indonesia (BKS-PTSI) menggelar pameran seni visual bertajuk “Rakta Mahardika Rupa – Merdeka Cipta Daulat Bangsa” di Gedung D Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), Jumat (11/10). Pameran yang digelar bertepatan dengan Hari Pahlawan ini digagas untuk memaknai semangat kepahlawanan melalui karya seni visual.
Dalam pameran ini, Gedung D Kemendikbudristek disulap menjadi galeri seni. Sekitar 290 karya seni visual dipamerkan meliputi seni lukis, seni patung, karya rancangan fashion, instalasi, hingga karya seni multimedia. Karya seni ini akan menghiasi gedung Ditjen Diktiristek hingga dua bulan ke depan.
Pameran ini juga merupakan bentuk apresiasi terhadap karya dosen dan mahasiswa dari sembilan perguruan tinggi seni ternama di Indonesia. Adapun sembilan perguruan tinggi seni yang berpartisipasi dalam pameran ini antara lain Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Aceh, Institut Seni Indonesia (ISI) Padang Panjang, ISI Yogyakarta, ISI Surakarta, ISI Denpasar, ISI Tanah Papua, ISBI Bandung, Institut Kesenian Jakarta, dan Sekolah Tinggi Kesenian Wilwatikta (STKW) Surabaya.
Sekretaris Ditjen Diktiristek Tjitjik Srie Tjahjandarie mengapresiasi inisiasi dari BKS-PTSI untuk menghadirkan karya-karya luar biasa dari dosen dan mahasiswa perguruan tinggi seni Indonesia. Ia menegaskan kegiatan ini merupakan sebuah unjuk kinerja dari para seniman perguruan tinggi seni kepada seluruh stakeholder dari seluruh wilayah Indonesia ketika mengunjungi Gedung D Kemendikbudristek.
“Pameran ini sekaligus memperkenalkan nama perguruan tinggi seni, bahwa mereka bukan hanya sebuah perguruan tinggi kecil karena memiliki karya yang tak terhingga besarnya,” kata Tjitjik.
Tjitjik berharap lewat Rakta Mahardika Rupa akan tercipta kolaborasi dari Ditjen Diktiristek dengan perguruan tinggi seni Indonesia yang semakin kuat guna memajukan seni budaya Indonesia. “Semoga pameran ini dapat menginspirasi, merangsang pemikiran, dan mengingatkan kita akan pentingnya merdeka, cipta, dan daulat bangsa,” ungkapnya.
Karya-karya yang dipamerkan dalam pameran seni ini merepresentasikan kekuatan artistik, kreativitas, dan kedalaman estetis dari para dosen dan mahasiswa yang berpartisipasi. Pameran ini menjadi salah satu wujud pencapaian dalam proses pembelajaran seni di perguruan tinggi seni dari seluruh Indonesia yang mengemban amanat untuk memajukan seni budaya bangsa serta menjaga dan melestarikan tradisi seni yang beragam dan dinamis.
Rektor ISI Denpasar I Wayan Adnyana mengatakan bahwa pameran Rakta Mahardika Rupa merupakan ide yang cemerlang karena perguruan tinggi seni diberikan ruang untuk unjuk diri dan mengaktualisasi hasil pembelajarannya.
“Ini merupakan perhatian pertama luar biasa terfokus yang kami terima. Ayo, jadikan Gedung D setidak-tidaknya sebagai galeri abadi untuk kita dalam menampilkan karya-karya terbaik kita,” ujar Kun Adnyana.
Rektor ISBI Aceh Wildan menyampaikan pihaknya menyambut dengan gembira ajakan untuk berpartisipasi dalam pameran ini. Sebagai perguruan tinggi seni termuda di Sumatera, ISBI Aceh memamerkan 22 karya dari 20 perupa, yang terdiri dari 6 orang dosen dan 14 mahasiswa.
Sementara itu, Rektor ISI Yogyakarta Irwandi turut menyampaikan pameran ini merupakan satu kesempatan yang sangat berharga, bagi civitas academica di ISI Yogyakarta karena bisa menunjukkan karya-karya mereka kepada masyarakat dengan ciri khas masing-masing.
“Dengan adanya pameran ini maka eksistensi perguruan tinggi seni di Indonesia akan semakin terlihat diikuti dengan penguatan jaringan kerja sama antar perguruan tinggi seni di Indonesia,” ujar Irwandi.
*Memaknai Kepahlawanan melalui Seni Visual*
Rektor Institut Kesenian Jakarta Indah Tjahjawulan menyampaikan pameran ini menyajikan beragam karya interpretasi tentang apa yang menjadikan seseorang sebagai pahlawan melalui lukisan, patung, instalasi, fotografi, ilustrasi, animasi dan beragam media seni lainnya.
“Para perupa mengungkapkan pemahaman mereka tentang nilai kepahlawanan. Mereka mengangkat isu-isu seperti kemanusiaan, perlindungan lingkungan, hak asasi manusia, kesetaraan gender, keberagaman budaya, dan lainnya dengan sudut pandang yang beragam,” kata Indah.
IKJ menampilkan 19 buah karya seni dari 18 perupa. Karya ini diharapkan dapat memberikan inspirasi dan pemahaman mengenai sosok pahlawan dalam konteks zaman yang terus berubah untuk terus berjuang dan menciptakan perubahan positif dalam masyarakat.
Rektor ISBI Bandung Retno Dwimarwati menambahkan keseluruhan karya yang ditampilkan oleh ISBI Bandung memang memiliki sumber gagasan kreatif yang berbeda, namun pada hakikatnya memiliki keterjalinan spirit, yakni mengangkat potensi kekayaan negeri ke dalam benda seni dengan cita rasa kekinian namun tetap berpijak pada nilai-nilai budaya tradisional.
“Keseluruhan karya yang disajikan dalam pameran ini setidaknya memberikan pemahaman bahwa esensi merayakan hari pahlawan adalah refleksi diri, sejauh mana bakti pada negeri ini melalui karya seni,” imbuhnya.
(YH/DZI/FH/DH/NH/SH/MSF)
*Humas Ditjen Diktiristek*
*Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi*
Laman : www.diktiristek.kemdikbud.go.
FB Fanpage : @ditjen.dikti
Instagram : @ditjen.dikti
Twitter : @ditjendikti
Youtube : Ditjen Diktiristek
E-Magz Google Play : Satu Dikti
Tiktok : Ditjen Dikti
#KampusMerdekaIndonesiaJaya
#DiktiSigapMelayani
___
News Links: