Dialog Pembukaan Publik Pusat Kesenian Jakarta Taman Ismail Marzuki “Underlining the Excellence”
Rektor Institut Kesenian Jakarta, Dr. Indah Tjahjawulan, M.Sn. menyambut baik undangan Gubernur Daerah Khusus Ibukota Jakarta untuk hadir dalam acara Dialog Pembukaan Publik Pusat Kesenian Jakarta Taman Ismail Marzuki “Underlining the Excellence” yang berlangsung di Teater Wahyu Sihombing, Pusat Kesenian Jakarta, Taman Ismail Marzuki (26/9).
Hadir selaku penanggap atas dialog antara Gubernur DKI Jakarta dan DKJ, Rektor IKJ menyampaikan sudut pandang (talking points) yang diharapkan serta memberikan penjelasan mengenai bagaimana IKJ sebagai lembaga pendidikan seni melengkapi ekosistem berkesenian di Taman Ismail Marzuki.
Acara yang dipandu moderator Avianti Armand (Dewan Kesenian Jakarta/Archinesia) menghadirkan para narasumber, antara lain:
Anies Rasyid Baswedan (Gubernur DKI Jakarta), Widi Amanasto (Direktur Utama Jakarta Propertindo), Danton Sihombing (Ketua Umum Dewan Kesenian Jakarta) dan Badan Pengelola Pusat Kesenian Jakarta Taman Ismail Marzuki, serta para penanggap selain Rektor IKJ juga menghadirkan Andra Matin (Andramatin Architects) dan Syamsudin Haesy (Perwakilan Akademi Jakarta).
Pembaruan fisik Taman Ismail Marzuki menempatkan pembaruan visi dan misi ekosistem kesenian yang dapat menghadirkan ikon kesenian kelas dunia melalui pembukaan akses seluas-luasnya bagi masyarakat untuk dapat menikmati sekaligus berkontribusi terhadap perkembangan seni.
Dengan diperkenalkannya Taman Ismail Marzuki oleh Gubernur Ali Sadikin sebagai tempat para seniman berkarya pada tahun 1968, besar harapan dengan adanya pembaruan Taman Ismail Marzuki di tahun ini momentum tersebut dapat terulang agar geliat maupun gairah kesenian akan kembali meningkat sekaligus mampu merespon fenomena-fenomena terkini yang relevan dan dapat mewujudkan semangat seni untuk semua.
Wajah Baru Taman Ismail Marzuki adalah bentuk pernyataan Jakarta sebagai kota modern dalam mempertegas posisi Taman Ismail Marzuki di mata dunia dengan menggarisbawahi kesenian yang unggul dan dapat merangkul semua.
Ruang lingkup pembahasan dalam dialog ini difokuskan pada beberapa pernyataan inti, antara lain:
1. Jakarta sebagai kota modern, edukatif dan global memiliki pusat kesenian dan terpadu dan terpusat yang direpresentasikan oleh wajah baru Taman Ismail Marzuki.
2. Taman Ismail Marzuki telah menjadi media pertunjukan bagi para pelaku seni dari lokal maupun mancanegara sejak lama. Revitalisasi Taman Ismail Marzuki kali ini akan semakin meningkatkan dan mengukuhkan posisi Taman Ismail Marzuki sebagai pusat kesenian global yang inklusif bagi semua pihak.
3. Perkenalan Badan Pengelola Taman Ismail Marzuki yang baru kepada publik.
Dialog ini mengupas segala perihal mengenai proses revitalisasi Taman Ismail Marzuki serta rencana setelah revitalisasi selesai dilakukan.
Sejak didirikan pada tahun 1968, Taman Ismail Marzuki telah menjadi pusat showcasing seni dari berbagai lini kesenian di Jakarta. Berbagai seniman dalam dan luar negeri pernah unjuk gigi di tempat ini. Pada tahun 2019 sampai dengan 2022, dilakukan revitalisasi pada kompleks Taman Ismail Marzuki untuk memperbarui infrastruktur yang ada agar sesuai dengan perkembangan zaman dan kebutuhan kesenian.
Taman Ismail Marzuki bukan hanya sekedar tempat untuk showcasing kesenian, namun lebih dalam lagi adalah sebuah ekosistem berkesenian, hal ini dikarenakan pengembangan Taman Ismail Marzuki sebagai pusat kesenian, juga telah memperhitungkan adanya lembaga pendidikan kesenian, yaitu Institut Kesenian Jakarta. Ditambah lagi dengan Dewan Kesenian Jakarta dan Akademi Jakarta yang kian melengkapi tata kelola ekosistem berkesenian di Taman Ismail Marzuki.
Pada sesi ini, peserta diajak berdialog bersama dengan narasumber untuk mengetahui makna dan proses di balik revitalisasi Taman Ismail Marzuki serta visi dari revitalisasi, juga membahas rencana terobosan yang akan dilakukan setelah revitalisasi Taman Ismail Marzuki selesai serta hal-hal yang perlu dilakukan dalam rangka mendukung ekosistem berkesenian di Taman Ismail Marzuki.
Pada kesempatan ini pula Anies Baswedan menginformasikan bahwa untuk menjaga kualitas standar, Dewan Kesenian Jakarta membentuk Tim Penasehat yang terdiri dari enam orang dan bertugas untuk membimbing para kurator dan menyeleksi siapa saja yang bisa tampil di Taman Ismail Marzuki (TIM).
Tim Penasehat Dewan Kesenian Jakarta:
- Rusdi Rukmarata (tari)
- Aksan Sjuman (musik)
- Adinda Luthvianti (teater/musik)
- Lulu Ratna (film)
- Nukila Amal (sastra)
- Enin Suprianto (seni rupa)
Danton Sihombing mengatakan bahwa tugas dari tim penasehat yaitu menjadi kurator dan merawat reputasi TIM terhadap pengunjung. “Tugas Dewan Kesenian Jakarta sebagai kurator, akan tetapi menjaga dan merawat ini sebagai satu manajemen reputasi bagi Taman Ismail Marzuki,” ujarnya.
Awal mulanya, “Bang Ali” Gubernur DKI Jakarta pada waktu itu di saat mendirikan PKJ TIM juga membentuk 2 lembaga pendukung yaitu Akademi Djakarta (merumuskan arah perkembangan seni) dan Dewan Kesenian Djakarta (kurasi dan pengaturan program seni). Para seniman senior saat itu menyatakan bahwa PKJ TIM akan menjadi tempat pembelajaran dan penyemaian seni yang ideal, karena banyak pameran dan pertunjukan bermutu dan seniman besar Indonesia maupun dunia memberikan workshop di sana. Perlu suatu wadah pendidikan yang terstruktur dan punya disiplin kuat. Maka pada tanggal 26 Juni 1970, Gubernur DKI Jakarta menerbitkan SK No. Cb.14/4/6/70 mengenai Lembaga Pendidikan Kesenian Djakarta (LPKD/LPKJ).
Namun sejak tahun 1981 sebagai Lembaga Pendidikan Tinggi Kesenian Swasta yang tercatat di Kopertis Wilayah III, memperoleh status terdaftar dan berubah nama menjadi Institut Kesenian Jakarta. Dengan restrukturisasi ini, IKJ sejak 1981 tidak lagi menjadi program Dewan Kesenian Jakarta seperti waktu LPKJ sebelumnya, akan tetapi tetap menjadi mitra DKJ dalam berbagai program di dalam lingkungan PKJ-TIM maupun di luarnya.
______
Sumber Data a.l: Jakarta Experience Board (JXB), ikj.ac.id