Top
  /     /   Kronik Seni

Pidato Rektor IKJ: Dies Natalis IKJ ke-51

 

PIDATO REKTOR

DALAM RANGKA DIES NATALIS KE-51

INSTITUT KESENIAN JAKARTA

 

 

Assalaamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh,

Salam sejahtera bagi kita semua,

 

Pertama-tama mari kita panjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya yang tiada terhingga kepada kita semua, sehingga kita dapat memperingati Dies Natalis IKJ ke-51 dalam keadaan sehat wal-afiat.

Dies Natalis ke-51 tahun bagi Institut Kesenian Jakarta (IKJ) merupakan peristiwa penting yang menandai awal perjalanan kehidupan. Memasuki usia ke-51, menandai dilampauinya usia setengah abad, usia yang menandai kematangan IKJ sebagai sebuah institusi yang telah melahirkan para seniman dan sederet karya berkualitas yang telah dinikmati oleh masyarakat Indonesia, bahkan dunia. Keberadaan IKJ dengan segala prestasinya hingga saat ini menjadi bukti bahwa IKJ masih memiliki kekuatan yang menjadi daya tarik di tengah persaingan yang semakin ketat di antara berbagai perguruan tinggi negeri maupun swasta.

 

Di awal kelahirannya (1970), IKJ tentu memiliki alasan kuat ketika memilih Pohon Hayat sebagai logo. Pohon Hayat adalah pohon kehidupan yang memberikan hayat (hidup), harapan, keinginan, sehingga dianggap sebagai sumber semua kehidupan, kekayaan dan kemakmuran. Sifat Pohon Hayat menjadi dasar filosofi kehidupan dan digunakan sebagai pedoman kehidupan sehari-hari, sebagaimana tertera dalam manuskrip Jawa Kuno, relief candi, ‘gunungan’ wayang kulit, motif ukiran kayu dan lainnya, diaplikasikan dalam artefak seni di berbagai penjuru kepulauan di Nusantara. IKJ sebagai perguruan tinggi kesenian di jantung kota pusat pemerintahan Indonesia memiliki semangat untuk menjadi pusat pengembangan baik dalam penciptaan seni maupun pengkajian dan produksi pengetahuan kesenian. IKJ adalah detak hidup, membuat seni akan terus ada, tumbuh dan menjadi sendi-sendi dalam kehidupan. Seni menjadi bagian dari hidup itu sendiri, tak terpisah dengan kehidupan.

Dalam terpaan perubahan dunia saat ini yang juga berdampak bagi Indonesia, sebuah Lembaga membutuhkan kekuatan dan upaya besar untuk bertahan hidup. Perubahan industri 4.0 (dan bahkan 5.0), teknologi media dan cara manusia berinteraksi merupakan dinamika peradaban dan kebudayaan manusia yang tidak bisa dihindari. Terlebih adanya kondisi pandemi saat ini bagai turbulensi tersendiri sekaligus pemicu serentak pergerakan peradaban manusia se-dunia di kurun waktu yang sama. Seni-Kesenian, beserta masyarakat pendukungnya berubah. Keterbukaan pergerakan antarbangsa semakin besar, yang artinya di dalam prosesnya akan terjadi tarik menarik wacana kesenian kebudayaan yang sangat cepat. Dalam kaitannya dengan Dies Natalis IKJ ke-51, sudah saatnya dilakukan refleksi secara serius tentang peran IKJ sebagai lembaga pengembang kesenian Indonesia. Memeriksa dan memahami perjalanan masa lalu, menyadari masa kini untuk kemudian mengambil sikap dan rencana untuk masa depan.

Bagi manusia, angka 51 tahun rasanya menunjukkan kedewasaan, kematangan yang mengarah pada fase lanjut usia. Tapi, tidak bagi Pohon Hayat yang akan hidup selamanya. 51 tahun bagi pohon Hayat merupakan tahapan hidup yang masih membuka diri terhadappertumbuhan dan pengembangan. Tak pernah merasa tua apalagi ‘selesai’.

Di titik tahun ke-51 ini, muncul suatu kesadaran bahwa walaupun kita perlu berubah, dibutuhkan akar yang kuat, menyerap sari pati kebudayaan kita sendiri, menjadi lembaga yang kokoh walaupun luwes dalam ayunan gerak, tetap bertahan dan bertumbuh. Fleksibilitas (kekuatan yang lentur). Lentur namun berakar, menjadi ‘Titik Tolak’ untuk bersikap penuh toleransi, siap untuk maju, berubah dan berkembang dengan saling menghargai, menghormati, serta tetap menjunjung tinggi penghargaan dalam menjaga citra diri.

Akar yang kuat, batang yang kokoh dari sang Pohon Hayat sangat dibutuhkan saat ini menjadi fondasi IKJ untuk bertumbuh, agar tetap ‘bermain’ dengan kelenturan tinggi menghadapi kekuatan berbagai arus kesenian dunia. Kekokohan dalam kelenturan merupakan kunci resiliensi IKJ saat ini, di dunia pendidikan (seni) sekaligus di dunia praktik seni itu sendiri. Di tengah arus perubahan pendidikan yang melanda seluruh dunia, Dies Natalis adalah momentum untuk menguatkan komitmen IKJ terhadap perubahan tersebut. Karenanya, tema dari Dies Natalis IKJ ke-51 tahun adalah “Resiliensi IKJ Bergerak Menuju Masyarakat 5.0 melalui Pendidikan Seni”.

 

Tema tersebut memperlihatkan bahwa Dies Natalis IKJ ke-51 menjadi refleksi –melihat kembali apa yang sudah diberikan oleh IKJ bagi perkembangan seni di Indonesia, kepada bangsa dan kepada kemanusiaan mengantisipasi masa depan dan perubahan–. Refleksi dilakukan bukan untuk bernostalgia, mengenang masa lalu, tetapi untuk menjadi bekal melangkah maju ke depan dengan lebih baik, sejalan laju peradaban dunia.

Tema tersebut juga menunjukkan semangat resiliensi IKJ, bertahan dengan jati diri dan akar yang kuat, namun lentur mengikuti perubahan ke depan, siap menumbuhkan dahan serta ranting-ranting baru dan rimbunan dedaunan rindang menyejukkan agar siap mengayomi seluruh sivitas akademika dalam berbagai kiprah progresnya sesuai visi dan misi IKJ mencakup tridharma perguruan tinggi.

Dies Natalis ini diperingati dengan prinsip kesederhanaan karena seperti kita ketahui bersama, masih dalam situasi pandemi Covid-19. Namun situasi tersebut tidaklah mengurangi aktivitas kita semua sivitas akademika untuk tetap berkarya dan berdialog meskipun hanya melalui layar.

 

Akhir kata, Kami mewakili segenap unsur pimpinan dan sivitas akademika mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya atas dukungan semua pihak terhadap seluruh rangkaian kegiatan Dies Natalis IKJ ke-51 ini.

 

Wassalaamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh,

Salam sejahtera.

 

Jakarta, 26 Juni 2021

 

Dr. Indah Tjahjawulan, M.Sn

Rektor Institut Kesenian Jakarta

 

___

 

Assalaamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh,

Peace and Prosperity Upon Us All

First of all, let us praise and be grateful for the presence of Allah SWT, The Almighty that has given us Incomparable Blessings and Gifts  to us all, enabling us to commemorate the 51st Dies Natalis IKJ anniversary in health.

The 51st Dies Natalis Year to IKJ is an important moment and a starting point in a journey of life. Entering  the age of 51, signifies a maturing of IKJ as an institution that has given birth to artists and a long line of  quality creative works enjoyed by the people of Indonesia and also the world. The existence of IKJ with all its achievements, proves that IKJ still embodies a strength that is attractive in the middle of increased competitiveness between Government Universities and Private Higher Education Institutions.

In the beginning of its birth (1970), IKJ had a strong reason to choose the Pohon Hayat as a logo. The Pohon Hayat is the symbol of the Tree of Life that bestows hopes and desires, hence it is considered a source of all things living, prosperity and abundance. The characteristic of Pohon Hayat lays a philosophical foundation and functions as a daily guide, as inscripted in ancient javanese manuscripts, Candi temple reliefs and engravings, shadow puppet ‘gunungan’ that symbolizes a mountain of life, wooden carvings patterns, and others, applied in artistic artefacts throughout the Nusantara archipelago. IKJ as an Higher Education Institute for The Arts in the heart of the centre of the Indonesian Government imbues the spirit to be a centre of excellence for developing the inventions of artistic creative works also in research and the production of Arts knowledge. IKJ is the pulse of the continuing of life in the making of Arts thus persisting to exist, grow and to become the principles of  life itself. Art is part of life and cannot be excluded from it.

The changes exposing the world now have also impacted Indonesia, and an Institute needs a great effort and strength to survive. The changes due to the 4.0 industry (and even the 5.0) media technology and the way humans interact is the dynamics of civilizations and human culture that is unavoidable.  More so the current pandemic condition is a turbulence on its own also triggering at the same time a movement of world human civilization simultaneously. Arts-and Arts Practice with all its supporting communities has changed. An even more open and fluid movement between nations has enlarged, which means in the process happens a tugging of cultural arts discourse which has become even faster. In the connection to the 51st Dies Natalis IKJ, it is time to seriously reflect on the role of IKJ as a developer of the Arts.  To  and understand the past, to be aware of today and then to take a stance and plan for the future.

For humans, the number 51 indicates maturity, a coming of age moving toward a faze of elderhood. But, not for the Pohon Hayat which will live forever more. 51 for The Tree of Life is a stage that still is open to growth and development. Never ‘feeling old’ let alone being ‘finished’.

In the 51st year as a point in time, an awareness has arisen that although we are required to change, a strong root is needed to absorb the essence of our own culture, to become sturdy and even so, also supple in elegant swayings, holding one’s ground and still growing. This strength of flexibility, is lithe and limber but rooted, becomes ‘The Trajectory’ to be more tolerant, ready to move forward, change and evolve with mutual respect, honor, and to uphold  that honor in sustaining self image.

A strong root, stemming from the Pohon Hayat, is much needed now as a foundation of IKJ to keep growing, enabling it to still ‘play’ with high  suppleness facing the strong currents of world Arts. This sturdiness in strength and flexibility is the key of IKJ resilience in these times, in Arts Education and also in the world of Practicing Arts itself.  In the center of the currents of change in education engulfing the world today, Dies Natalis is a momentum to reinforce IKJ’s commitment to these changes. That is why, the theme from the 51st IKJ Dies Natalis is “ Resilience of IKJ moving forward toward the 5.0 Society through Arts Education”

This theme shows the the 51st IKJ Dies Natalis is a reflection, to look back to see what has been contributed by IKJ for the development of Arts in Indonesia, for the nation and for humanity, anticipating the future, but to provide movement toward a better future, in step with the rapids of world civilization.

This theme also shows the spirit of IKJ resilience, holding on to one’s identity and strong roots, but lithe in flexibility adjusting to future changes, ready to propagate new branches and groves of young leaves that cool and shades such to protect all of the civitas academica or academic community in all its progress according to the vision and missions of IKJ that includes the Tridharma Perguruan Tinggi.

This Dies Natalis is commemorated with the principles of simplicity and temperance, because we all are, as we all know, in the Covid-19 Pandemic situation. Even so, that said situation does not decrease our activities as an academic community to keep on creating and building dialogues albeit through screens.

 

As a closing word, We, on behalf of all the Leading Directors and Civitas Academica would like to convey our utmost gratitude for all the support from all parties concerned for  the whole series of activities for the 51st IKJ Anniversary.

 

Wassalaamu Alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh,

Best Wishes,

 

Jakarta, 26 Juni 2021

 

Dr. Indah Tjahjawulan, M.Sn

Rector – Institut Kesenian Jakarta

___

* English translation by Madia Patra Isma

Sebarkan :
Daftar News