Pekan Koreografi Indonesia
Salam,
Komite Tari DKJ menyuguhkan program Pekan Koreografi Indonesia dalam rangkaian DKJ FEST 2023 “KELINDAN: Meretas Kahar Ekosistem Seni”. Pekan Koreografi Indonesia yang dahulu bernama Pekan Penata Tari Muda (1978) yang kemudian berkelindan menjadi Festival Karya Tari (baru) tahun 1986. Program ini merupakan wadah eksibisi karya-karya terbaik untuk mahasiswa sekolah seni dari berbagai daerah.
Pekan Koreografi Indonesia dalam DKJ FEST 2023 “KELINDAN: Meretas Kahar Ekosistem Seni” menampilkan:
Selasa, 20 Juni 2023
– Institut Kesenian Jakarta (IKJ) – Judul Karya Attached Life – Koreografer: Xena Israely Loppies
– Institut Seni Indonesia (ISI Surakarta) – Judul Karya Respons – Koreografer: Agata Banyu Sekar Arum
19.30 – 21.30 WIB
Teater Wahyu Sihombing
Rabu, 21 Juni 2023
– Institut Seni Indonesia (ISI Yogyakarta) – Judul Karya: Camplang – Koreografer: Octavia Dwi Cahya
– Institut Seni Indonesia (ISI Padang Panjang) – Judul Karya: Re Again – Koreografer: Mentari Fahreza
– Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI Tanah Papua) – Judul Karya: Mata Mambesak – Koreografer: Brilian Gilbert Ayhuan
19.30 – 21.30 WIB
Teater Wahyu Sihombing
Program Pekan Koreografi Indonesia terbuka untuk umum dan tidak memungut biaya (GRATIS).
Mari hadir dan bersua bersama dalam DKJ FEST 2023 “KELINDAN: Meretas Kahar Ekosistem Seni”
Terima kasih dan sampai ketemu!
*
Awalnya kehidupan, kemudian dibangunlah institusi, sampai dengan dikembalikan kepada kehidupan itu sendiri. Bila perihal seni tari diletakkan di dalam rangkaian tersebut, maka transmisi dua arah antara berpikir dan bertindak secara tradisi yang membangun nilai budaya dapat menjadi awal bersoal. Semisal bersoal tentang konteks alam/lingkungan beserta dinamika kesehariannya seperti interaksi sosial, bagaimana kebutuhan pokok dipenuhi dengan memanfaatkan alam, yang pada puncaknya akan mengarah pada konteks spiritual. Dalam dinamika tersebut, struktur institusi dibangun bagi suatu ketertiban sosial—yang dalam perjalanan masa menjelma, termasuk menjadi institusi pendidikan khususnya pendidikan seni; demikian dengan berlandaskan pada nilai leluhur, seni termasuk tari sebagai manifestasi nilai budaya dapat diekstensi secara rasional yang organik.
Bila hari ini istilah yang banyak diketahui melekat pada tari adalah kontemporer, maka bersoal mengenai tari kontemporer yang akan dibahas dalam FGD diwaspadai akan mengemukakan keunikan berdasarkan konteks masing-masing institusi. Bahwa FGD difasilitasi oleh Komite Tari-Dewan Kesenian Jakarta (KT-DKJ), maka pembahasan terbuka untuk bergerak baik ke perihal sejarah, keadaan terkini, dan visi; untuk memperjelas tentang keluasan gerak pembahasan tersebut, karena KT-DKJ sebagai institusi adalah bagian dari elemen kota yang merepresentasikan modernitas, sementara modernitas dipandang sebagai pemutakhiran memperlakukan tradisi—yang lebih lanjut menumbuhkan suatu penawaran dalam hubungannya dengan istilah kontemporer -khususnya pada tari-, yaitu sebagai suatu sikap untuk pengembangan bagi pelestarian berdasarkan keakaran.
Lebih lanjut, dalam hubungannya dengan Pekan Koreografi Indonesia -sebagai bagian dari DKJ Fest 2023-, ajang tersebut adalah upaya secara platform, baik untuk unjuk karya masing-masing institusi peserta FGD dan terbuka sebagai suatu model—untuk perluasan gerak. Demikian sehingga FGD yang diadakan berupaya untuk komprehensif dalam kelanjutannya—yang diharapkan semakin menumbuhkan gairah berkarya yang sejalan dengan perkembangan zaman, sementara tetap berpegang pada keakaran. Demikian pula diharapkan dalam dinamika mendatang tersebut, perihal keakaran sebagai kekayaan identitas Indonesia diangkat secara kreatif dan akademis yang melibatkan beragam elemen masyarakat; sesuai dengan hakikat bahwa leluhur membangun nilai budaya beserta manifestasinya untuk kemudian dikembalikan kepada kehidupan kekinian—termasuk melalui institusi terkait. (TORFGD)