Top
  /     /   Kronik Seni

Obituari Prof. Dr. Sapardi Djoko Damono

 

Sivitas Akademika Institut Kesenian Jakarta kehilangan salah satu seniornya yang terbaik (19/7-2020) Prof. Dr. Sapardi Djoko Damono (1940 – 2020), adalah salah satu pujangga Indonesia terkemuka, sastrawan besar sekaligus pengajar di Sekolah Pascasarjana Institut Kesenian Jakarta. Selain sebagai seorang penyair, almarhum adalah budayawan, pengamat sastra, kritikus sastra dan pakar sastra.

Ia kerap dipanggil dengan inisial namanya: SDD. SDD dikenal melalui berbagai puisinya mengenai hal-hal sederhana namun penuh makna kehidupan, sehingga beberapa di antaranya sangat populer, baik di kalangan sastrawan maupun khalayak umum.

Puisi Sapardi Djoko Damono banyak dikagumi karena banyak kesamaan dengan yang ada dalam persajakan Barat yang disebut simbolisme sejak akhir abad ke-19. Dalam Sastra Indonesia Modern II (1989) karya A Teeuw, Sapardi digambarkan sebagai cendekiawan muda yang mulai menulis sekitar 1960.

Di ranah sastra Indonesia, Sapardi Djoko Damono mempunyai peran penting. Dalam Ikhtisar Kesusastraan Indonesia Modern (1988) karya Pamusuk Eneste, Sapardi dimasukkan dalam kelompok pengarang Angkatan 1970-an.

Terlihat perkembangan jelas dalam puisi Sapardi terutama dalam hal susunan formal puisi-puisinya. Ia dianggap sebagai penyair yang orisinil dan kreatif.

Sapardi juga menerjemahkan beberapa karya sastra asing ke dalam Bahasa Indonesia. Seperti Lelaki Tua dan Laut (The Old Man and the Sea karya Hemingway), Puisi Cina Klasik, Puisi Klasik, Shakuntala, Amarah I dan II (The Grapes of Wrath karya John Steinbeck), dan lain-lain.

 

Perjalanan Sastra Sang Maestro

Sapardi Djoko Damono lahir di Surakarta pada 20 Maret 1940, putra pertama pasangan Sadyoko dan Saparian.

Masa mudanya dihabiskan di Surakarta (lulus SMP Negeri 2 Surakarta tahun 1955 dan SMA Negeri 2 Surakarta tahun 1958). Pada masa ini, SDD sudah menulis sejumlah karya yang dikirimkan ke majalah-majalah. Setelah lulus SMA, Sapardi kuliah di Jurusan Sastra Inggris Fakultas Sastra dan Kebudayaan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Kesukaannya menulis ini berkembang saat ia menempuh kuliah. Pernah memperdalam kajian kemanusiaan (humanities) di University of Hawaii, Amerika Serikat (1970-1971).

Tahun 1973, SDD pindah dari Semarang ke Jakarta untuk menjadi direktur pelaksana Yayasan Indonesia yang menerbitkan majalah sastra Horison. Sejak tahun 1974, ia mengajar di Fakultas Sastra (sekarang Fakultas Ilmu Budaya) Universitas Indonesia, tetapi kini telah pensiun. Pada 1980, Sapardi Djoko Damono memperoleh gelar doktor dalam ilmu sastra dengan disertasi berjudul Novel Jawa Tahun 1950-an: Telaah Fungsi, Isi, dan Struktur.

Pada 1995, SDD menjabat sebagai Dekan FIB UI periode 1995-1999 dan ia dikukuhkan sebagai guru besar di Fakultas Sastra, Universitas Indonesia. Pada masa tersebut, SDD juga menjadi redaktur majalah Horison, Basis, Kalam, Pembinaan Bahasa Indonesia, Majalah Ilmu-ilmu Sastra Indonesia, dan country editor majalah Tenggara di Kuala Lumpur. Hingga medio tahun ini SDD masih aktif mengajar di Sekolah Pascasarjana Institut Kesenian Jakarta sambil tetap menulis fiksi maupun nonfiksi.

 

Sajak-sajak Sapardi telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa, termasuk bahasa daerah. Ia tidak saja aktif menulis puisi, tetapi juga cerita pendek. Selain itu, ia juga menerjemahkan berbagai karya penulis asing, menulis esai, serta menulis sejumlah kolom/artikel di surat kabar, termasuk kolom sepak bola. Beberapa puisinya sangat populer dan banyak orang yang mengenalinya, seperti “Aku Ingin” (sering kali dituliskan bait pertamanya pada undangan perkawinan), “Hujan Bulan Juni”, “Pada Suatu Hari Nanti”, “Akulah si Telaga”, dan “Berjalan ke Barat di Waktu Pagi Hari”. Kepopuleran puisi-puisi ini sebagian disebabkan musikalisasi oleh mantan-mantan mahasiswanya di FIB UI, yaitu Ags Arya Dipayana, Umar Muslim, Tatyana Soebianto, Reda Gaudiamo, dan Ari Malibu. Dari musikalisasi puisi yang dilakukan mantan-mantan mahasiswa ini, salah satu album yang terkenal adalah oleh Reda dan Tatyana (tergabung dalam duet “Dua Ibu”). Selain mereka, Ananda Sukarlan pada tahun 2007 juga melakukan interpretasi atas beberapa karya SDD.

 

Aktivitas SDD

Selain mengajar sebagai dosen di beberapa kampus lainnya di Indonesia, Sapardi Djoko Damono aktif dalam berbagai lembaga seni dan sastra pada 1970-1980an. Antara lain sebagai Direktur Pelaksana Yayasan Indonesia Jakarta (1973-1980), redaksi majalah sastra Horison (1973), Sekretaris Yayasan Dokumentasi Sastra HB Jassin (sejak 1975), anggota Dewan Kesenian, anggota Badan Pertimbangan Perbukuan Balai Pustaka Jakarta (sejak 1987) dan lain-lain.

Pada 1986, Sapardi mengemukakan perlunya mendirikan organisasi profesi kesastraan di Indonesia. Ia mendirikan organisasi bernama Himpunan Sarjana-Kesusastraan Indonesia (Hiski) pada 1988. Ia adalah salah seorang pendiri Yayasan Lontar.

Ia terpilih sebagai Ketua Umum Hiski Pusat selama tiga periode.

Selain aktif di dunia sastra dalam negeri, Sapardi Djoko Damono juga sering menghadiri berbagai pertemuan internasional.

Antara lain Translation Workshop dan Poetry International (Rotterdam, Belanda, 1971), Seminar on Literature and Social Exchange in Asia (Australia National University Canberra), dan lainnya.

 

Penghargaan yang diterima

Sapardi telah menerima berbagai penghargaan dan hadiah sastra dari dalam dan luar negeri. Pada 1963 Sapardi mendapat Hadiah Majalah Basis atas puisi Balada Matinya Seorang Pemberontak. Pada 1978 ia menerima Cultural Award dari pemerintah Australia.

Pada 1983, ia memperoleh hadiah Anugerah Puisi-Puisi Putera II atas bukunya Sihir Hujan dari Malaysia. Pada 1984 Dewan Kesenian Jakarta memberi penghargaan atas buku Perahu Kertas. Mataram Award diterima Sapardi pada 1985. Hadiah SEA Write Award (Hadiah Sastra Asean) dari Thailand diterima pada 1986.

Sapardi meraih Anugerah Seni dari Departemen Pendidikan dan Kebudayaan pada 1990. Kalyana Kretya dari Menristek RI diraih pada 1996.

Pada 2003, ia mendapat penghargaan Achmad Bakrie Award for Literature. Disusul Khatulistiwa Award pada 2004. Penghargaan dari Akademi Jakarta diraih pada 2012.

 

Musikalisasi Puisi SDD

Musikalisasi puisi karya SDD dimulai pada tahun 1987 ketika beberapa mahasiswanya membantu program Pusat Bahasa, membuat musikalisasi puisi karya beberapa penyair Indonesia. Kegiatan tersebut sebagai upaya mengapresiasikan sastra kepada siswa SLTA. Saat itulah tercipta musikalisasi “Aku Ingin” oleh Ags Arya Dipayana dan “Hujan Bulan Juni” oleh Umar Muslim. Kelak, “Aku Ingin” diaransemen ulang oleh Dwiki Dharmawan dan menjadi bagian dari soundtrack Cinta dalam Sepotong Roti (1991), yang dibawakan oleh Ratna Octaviani.

Beberapa tahun kemudian, lahirlah album Hujan Bulan Juni (1990) yang seluruhnya merupakan musikalisasi dari sajak-sajak Sapardi Djoko Damono. Duet Reda Gaudiamo dan Ari Malibu adalah bagian dari sejumlah penyanyi, yang merupakan mahasiswa Fakultas Sastra Universitas Indonesia. Album Hujan dalam Komposisi menyusul dirilis pada tahun 1996 dari komunitas yang sama.

Karena banyaknya permintaan, album Gadis Kecil (2006) diprakarsai oleh duet Dua Ibu, yang terdiri atas Reda Gaudiamo dan Tatyana dirilis, lalu dilanjutkan oleh album Becoming Dew (2007) dari duet Reda dan Ari Malibu. Ananda Sukarlan pada Tahun Baru 2008 juga mengadakan konser kantata Ars Amatoria yang berisi interpretasinya atas puisi-puisi SDD serta karya beberapa penyair lain.

 

Karya-karya Sapardi

Berikut ini adalah karya-karya SDD (berupa kumpulan puisi) serta beberapa esai.

  • Duka-Mu Abadi (1969),
  • Mata Pisau (1974),
  • Perahu Kertas (1983),
  • Sihir Hujan (1984),
  • Water Color Poems (1986; terjemahan oleh J.H. McGlynn)
  • Suddenly The Night: The Poetry of Sapardi Djoko Damono (1988;  terjemahan oleh J.H. McGlynn)
  • Black Magic Rain (terjemahan oleh Harry G Aveling)
  • Hujan Bulan Juni (1994)
  • Arloji (1998).
  • Ayat-ayat Api (2000),
  • Pengarang Telah Mati (2001; kumpulan cerpen)
  • Mata Jendela (2000),
  • Ada Berita Apa Hari Ini, Den Sastro (2003),
  • Membunuh Orang Gila (2003; kumpulan cerpen)
  • kumpulan cerpen Pengarang Telah Mati (2001)
  • Mantra Orang Jawa (2005; puitisasi mantra tradisional Jawa dalam bahasa Indonesia)
  • Before Dawn: The Poetry of Sapardi Djoko Damono (2005; translated by J.H. McGlynn)
  • kumpulan sajak Kolam (2009).
  • Kolam (2009; kumpulan puisi)
  • Sutradara Itu Menghapus Dialog Kita (2012; kumpulan puisi)
  • Namaku Sita (2012; kumpulan puisi)
  • The Birth of I La Galigo (2013; puitisasi epos “I La Galigo” terjemahan Muhammad Salim, kumpulan puisi dwibahasa bersama John McGlynn)
  • Trilogi Soekram (2015; novel)
  • Hujan Bulan Juni (2015; novel)
  • Melipat Jarak (2015, kumpulan puisi 1998-2015)
  • Suti (2015, novel)
  • Pingkan Melipat Jarak (2017; novel)
  • Yang Fana Adalah Waktu (2018; novel)

 

Buku-buku lain SDD

  • Lelaki Tua dan Laut (1973; terjemahan karya Ernest Hemingway)
  • Sepilihan Sajak George Seferis (1975; terjemahan karya George Seferis)
  • Puisi Klasik Cina (1976; terjemahan)
  • Lirik Klasik Parsi (1977; terjemahan)
  • Sosiologi Sastra: Sebuah Pengantar Ringkas (1978).
  • Dongeng-dongeng Asia untuk Anak-anak (1982, Pustaka Jaya)
  • Sastra Lisan Indonesia (1983), ditulis bersama Subagio Sastrowardoyo dan A. Kasim Achmad. Seri Bunga Rampai Sastra ASEAN.
  • Dimensi Mistik dalam Islam (1986), terjemahan karya Annemarie Schimmel “Mystical Dimension of Islam”, salah seorang penulis.
  • Afrika yang Resah (1988; terjemahan)
  • Mendorong Jack Kuntikunti: Sepilihan Sajak dari Australia (1991; antologi sajak Australia, dikerjakan bersama R:F: Brissenden dan David Brooks)
  • Nona Koelit Koetjing: Antologi cerita pendek Indonesia Periode Awal (1870an – 1910an)” (2005; salah seorang penyusun)
  • Sosiologi Sastra: Sebuah Pengantar Ringkas (1978),
  • Novel Sastra Indonesia Sebelum Perang (1979),
  • Novel Jawa 1950-an: Telaah Fungsi, Isi dan Struktur (1996),
  • Politik Ideologi dan Sastra Hibrida (1999).
  • Kesusasteraan Indonesia Modern: Beberapa Catatan (1999),
  • Sihir Rendra: Permainan Makna (1999)
  • Puisi Indonesia Sebelum Kemerdekaan: Sebuah Catatan (2004).
  • Jejak Realisme dalam Sastra Indonesia (2004), salah seorang penulis.
  • Pegangan Penelitian Sastra Bandingan (2005).
  • Babad Tanah Jawi (2005; penyunting bersama Sonya Sondakh, terjemahan bahasa Indonesia dari versi bahasa Jawa karya Yasadipura, Balai Pustaka 1939).
  • Kebudayaan (Populer) (di Sekitar) Kita (2011)
  • Alih Wahana (2013)
  • Bilang Begini, Maksudnya Begitu (2014), buku apresiasi puisi.
  • Tirani Demokrasi (2014)

 

Meninggal Dunia

Sapardi Djoko Damono meninggal dunia pada tanggal 19 Juli 2020 pagi hari di Rumah Sakit Eka BSD, Tangerang Selatan, setelah sempat dirawat 10 hari karena penurunan fungsi organ tubuh. Mendiang SDD dimakamkan di makam TPBU (Tempat Pemakaman Bukan Umum) Giri Tama, blok Taman Wijaya Kusuma, Bogor.

 

Puisi karya Sapardi Djoko Damono

 

Pada Suatu Hari Nanti

 

Pada suatu hari nanti,

Jasadku tak akan ada lagi,

Tapi dalam bait-bait sajak ini,

Kau tak akan kurelakan sendiri.

 

Pada suatu hari nanti,

Suaraku tak terdengar lagi,

Tapi di antara larik-larik sajak ini.

 

Kau akan tetap kusiasati,

 

Pada suatu hari nanti,

Impianku pun tak dikenal lagi,

Namun di sela-sela huruf sajak ini,

Kau tak akan letih-letihnya kucari.

 

 

Selamat Jalan, Pak Sapardi…

 

 

 

 

Sebarkan :
Daftar News