Top
  /     /   Kronik Seni

Kompetisi Seni Rupa Publik Omah Munir 2019

“Hak Atas Kehidupan Yang Layak” menjadi tema utama di ajang kompetisi perdana yang digagas Yayasan Omah Munir di tahun ini. Bersama Yayasan Tifa, Omah Munir juga menggandeng Institut Kesenian Jakarta untuk turut serta dalam pelaksanaannya. Hak Atas Kehidupan Yang Layak merupakan tema aktual karena merupakan salah satu persoalan nyata Hak Asasi Manusia (HAM) bagi kita; di mana berbagai aspek kehidupan yang layak seperti lapangan pekerjaan, perumahan, layanan kesehatan serta fasilitas umum masih banyak yang belum memadai.

Dewan juri yang diketuai Andi Achdian (Omah Munir) dan para anggota terdiri dari: Seno Gumira Ajidarma (Rektor IKJ), Dolorosa Sinaga (pematung), Debra Yatim (Yayasan Tifa) dan Wardah Hafidz (Urban Poor Consorsium), berhasil menyaring 10 (sepuluh) konsep karya terbaik pada tahap pertama. Konsep karya sepuluh perupa tersebut dipamerkan di ruang pameran lt 4 Perpustakaan Nasional di Gambir-Monas, Jakarta Pusat sejak 29 Mei hingga 20 Juni mendatang, berikut acara forum diskusi yang akan dipandu langsung oleh Yayasan Omah Munir.

Sebanyak 77 (tujuh puluh tujuh) konsep karya telah masuk dari para perupa yang berdomisili di berbagai kota di Indonesia, antara lain: Jakarta, Bekasi, Depok, Bogor, Tangerang, Bandung, Bantul, Klaten, Jombang, Malang, Yogyakarta, Banyumas, Cimahi, Garut, Padang dan Pontianak. Kompetisi Seni Rupa Ruang Publik Omah Munir merupakan media partisipasi kalangan seniman seni rupa dalam mendorong pemenuhan, perlindungan dan penghormatan hak asasi manusia.

Sepuluh nama perupa penghasil karya terbaik tersebut di atas adalah sebagai berikut:

 

No. Nama Perupa Judul Karya
1 Alfiah Rahdini TOUCH ME IF YOU DARE
2 Dessy Wahyuni Perjuangkan, Tumbuh dan Berkembang
3 Gusti Reynaldi Cakramurti Taksa
4 Herdy Aswarudi Ampun Pemerintah
5 Koko Sondaka Sentuhan HAM
6 M. Farid Kesetaraan Gender
7 Munir Mbludak
8 Ndaru Ranuhandoko “Menggapai Realita”
9 Rangga Samiaji Rinjani HaMunir
10 Raymond Gandayuwana FOR THE BURNT FLOWER, I RACE

 

Tahap kedua berikutnya menyaring 3 (tiga) konsep karya pemenang. Hingga kemudian setelah melalui tahap terakhir kalinya, juri memutuskan para pemenang tersebut adalah: Alfiah Rahdini (Finalis Terpilih), Dessy Wahyuni (Pemenang Utama) dan Raymond Gandayuwana (Pemenang Utama). Keputusan juri ini adalah mutlak.

Tampak turut hadir dalam penyerahan piala kepada pemenang adalah Ketua Yayasan Institut Kesenian Jakarta, Slamet Rahardjo, yang turut mendampingi Suciwati, istri almarhum Munir maju ke atas panggung.

Ajuan peserta merupakan karya seni rupa tiga dimensional/ tri matra nantinya dapat diletakkan pada area publik di Museum HAM Omah Munir/ Omah Pepeling di Batu, Jawa Timur. Karya-karya yang dikompetisikan berupa patung atau karya instalasi berdimensi yang tidak melebihi (PxLxT) 120x120x120 cm. Material yang digunakan harus juga memperhatikan respon pada ruang, penggunaan, pemilihan material serta kekuatan karya untuk dapat diaplikasikan baik di dalam maupun di luar ruangan dalam berbagai kondisi alam dan cuaca.

Seluruh karya yang diajukan merupakan hak cipta masing-masing perupa, karya terpilih akan diaplikasikan pada Museum Omah Munir tanpa menghilangkan hak cipta peserta. Hak guna karya pemenang adalah milik Omah Munir. Hanya konsep karya pemenang terpilih yang diumumkan pada tanggal 27 Mei 2019, yakni peraih peringkat pertama. Karya ini akan diwujudkan menjadi karya (instalasi) yang sesungguhnya oleh Omah Munir. Namun tidak menutup kemungkinan bagi karya-karya finalis lainnya juga akan diwujudkan dalam instalasi dalam ukuran yang sesungguhnya. Selain itu, apabila terdapat kendala dalam mengaplikasikan karya terpilih, Omah Munir memiliki hak untuk melakukan penyesuaian dari segi teknik, materi maupun ukuran.

Sebarkan :
Daftar News