Top
  /     /   Kronik Seni

Kimberley Indonesia Project

Kimberley Indonesia Project
Sebuah kolaborasi musik lintas budaya menampilkan seniman penduduk asli (aborigin) Australia dari wilayah Kimberley di Autralia Barat dan seniman Indonesia ditampilkan Senin (26/8) lalu di Purnululu Theatre, Kedutaan Besar Australia, Jakarta.
 
Difasilitasi oleh Tura New Music yang berbasis di Perth, proyek yang mendapat hibah Institut Australia-Indonesia sebesar $ 31.560 ini mendukung kolaborasi antara musisi Aborigin Kimberley dan praktisi serta akademisi musik Indonesia untuk membangun fondasi yang kuat bagi program pertukaran budaya jangka panjang antara seniman Indonesia dan Australia Utara.
 
Lebih dari 18 bulan, sekitar Oktober tahun lalu hingga Mei 2019 lalu seniman Indonesia, seperti etnomusikolog Nyak Ina Raseuki (Ubiet), tinggal di komunitas Kimberley termasuk kawasan Broome dan Warmun. Ubiet adalah Direktur Sekolah Pascasarjana Institut Kesenian Jakarta yang memang telah dikenal sebagai musisi yang ahli dalam mengolah suaranya (vokal). Eksplorasinya hampir ke seluruh pelosok Nusantara hingga berbagai penjuru dunia. Mereka berkolaborasi dengan seniman Aborigin, termasuk Stephen Pigram dan Gabriel Nodea, menyelami budaya Aborigin tradisional. Proses ini kemudian bergantian dengan artis Kimberley yang berpartisipasi dalam kolaborasi residensi di Indonesia.
 
Selain memfasilitasi penciptaan karya dan pertunjukan musik baru, proyek bertotal nilai $ 98.130 ini bertujuan mengembangkan pemahaman budaya yang lebih besar dan mendukung pengembangan hubungan individu dan kelembagaan yang memastikan pergerakan dari proyek ini akan tumbuh melintasi waktu dan wilayah.
 
Selebrasi musik lintas budaya tersebut menampilkan tiga (3) seniman Aborigin yakni Stephen Pigram, Mark Atkins dan Mick Manolis beserta seniman Indonesia selain Ubiet yakni Shafur Bachtiar dan Dimawan Krisnowo Adji. Instrumen tradisi turut serta ditampilkan bersama gaya musik Barat bernuansa khas Indonesia dan Aborigin, seperti perangkat rabano (rebana Minang) dan didgeridoo (alat musik tiup khas suku asli Australia). 
 
Didgeridoo adalah alat musik yang memikat perhatian. Alat musik tiup nan unik ini besar dan panjang seperti belalai gajah serta terbuat dari kayu. Didgeridoo atau disebut juga yidaki, awalnya dahulu alat musik ini digunakan dalam upacara tradisional oleh suku Aborigin di bagian utara Australia. Alat musik ini terbuat dari batang pohon, terutama eucalyptus yang berlubang bagian tengahnya karena dimakan rayap lalu diperhalus atau dihiasi gambar. Ada beberapa jenis didgeridoo yang pembuatan dan karakternya tergantung asalnya dan tak ada yang persis sama sebab proses pembuatannya sebagian alami. Konon, didgeridoo juga bisa mengusir sakit atau melepas stres melalui getaran yang dihasilkan saat didgeridoo dimainkan. 
Sebarkan :
Daftar News