Top
  /     /   Kronik Seni

IKJ Peduli Disabilitas

 

Ferdinan, mahasiswa program studi Desain Komunikasi Visual di peminatan Ilustrasi Institut Kesenian Jakarta, merupakan penyandang disabilitas pertama yang magang di kantor berita ANTARA. Ia memang dikenal piawai dalam ilustrasi dan telah menghasilkan sejumlah karya infografis yang tayang di portal antaranews.com.

 

 

Mahasiswa IKJ asal Samarinda, Kalimantan Timur ini tuli sejak lahir. Meski demikian, asa Ferdinan tidak pernah padam. Selama ini ia kesulitan mencari tempat magang. “Saya sudah daftar ke beberapa tempat tapi tidak mendapat jawaban,” ujar Ferdinan. Menurutnya, hal itu karena masyarakat belum tahu tentang disabilitas, yang menyebabkan kaum disabilitas masih kesulitan mencari pekerjaan dan mendapat fasilitas.

 

 

Minggu lalu (6/12) masyarakat penyandang disabilitas yang diwakili Koalisi Nasional Pokja Implementasi UU Penyandang Disabilitas meminta pemerintah lebih transparan dan bersikap pertisipatif dalam menggandeng masyarakat dalam pembahasan Rancangan Peraturan Presiden tentang Komisi Nasional Disabilitas. Agar sesuai dengan Pasal 180 Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan bahwa instansi pemrakarsa pembentuk Perpres wajib menyebarluaskan Rancangan Perpres kepada publik.

 

Hal lain yang dikritik adalah tentang penempatan penyandang disabilitas yang hanya sebagai representasi dari ragam disabilitasnya saja, tetapi tidak dapat menjadi representasi dari profesi atau status sosialnya.

 

 
Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) mengatakan bahwa sebagian masyarakat Indonesia, baik secara sosial maupun budaya, masih memandang rendah orang-orang yang mengalami disabilitas.
 
“Ada ‘mindset’ (pola pikir) yang masih menganggap penyandang disabilitas sebagai manusia yang rendah,” kata Ketua Komnas HAM Ahmad Taufan Damanik dalam konferensi pers yang digelar dalam rangka memperingati Hari Disabilitas Internasional di Kantor Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Jakarta (4/12).
 
Ia mengatakan sebagian masyarakat Indonesia masih menganggap orang-orang yang mengalami disabilitas sebagai masyarakat kelas rendah atau tidak tergolong ke dalam satu kelas tertentu.
 
“Bukan kelas dua, tapi dianggap sebagai manusia kelas empat atau lima atau enggak ada kelas sama sekali,” katanya.
 
Kesalahan cara pandang tersebut, katanya, terjadi karena sebagian masyarakat masih menganggap penyandang disabilitas sebagai penyakit sosial sehingga keberadaan mereka kerap tidak diperhatikan dan bahkan hak-hak mereka juga direndahkan.
 
Direktur Keuangan, MSDM dan Umum Perum LKBN Antara, Nina Kurnia Dewi menjelaskan, “Antara sebagai perusahaan internasional dan BUMN saat ini memang membuka kesempatan bagi calon peserta berketerbatasan fisik untuk bergabung dengan Antara.”
 
“Sejalan dengan Tridharma Perguruan Tinggi, IKJ membuka kesempatan selebar mungkin bagi siapa pun untuk dapat memperoleh edukasi dengan tidak memandang keterbatasan pada ruang, waktu, fisik dan intelektual,” demikian pernyataan Wakil Rektor IV, Suzen HR Tobing saat workshop inklusif disabilitas di kampus IKJ (30/7). Di Tahun Emas 2020 mendatang, IKJ berharap ada unit khusus edukasi disabilitas agar seluruh potensi anak bangsa berketerbatasan fisik ini dapat tereksplor semaksimal mungkin dengan baik, ujarnya lagi.
 
Ferdinan berharap masyarakat tidak lagi mendiskriminasi kaum disabilitas di masa mendatang.
 
Link: https://m.antaranews.com/video/1158036/ferdinan-antara-harapan-dan-impian-tanpa-batas
 
Sumber kompilasi: www.google.com | antaranews.com

 

Sebarkan :
Daftar News