Top
  /     /   Kronik Seni

Ensemble Mode IKJ

Institut Kesenian Jakarta menghadirkan acara fashion show “ENSEMBLE” Sabtu, 18 Januari 2020 (pukul 15:00 WIB) di Museum Tekstil Jakarta untuk pertama kalinya.

Semua orang dipersilakan untuk datang dan melihat 15 siswa IKJ menunjukkan karya seni mereka di sini.

Ini adalah acara kelulusan para siswa program studi Desain Mode IKJ. Panitia mengundang publik untuk merasakan kegembiraan bersama.

15 paket rancangan busana karya tugas akhir 15 mahasiswa (sekarang alumni) Program Studi Desain Mode Fakultas Seni Rupa IKJ diperagakan oleh puluhan model secara bergiliran dalam ruangan museum berikut display bahan-bahan yang digunakan para desainer di beberapa pojok museum.

Karya-karya tersebut merupakan hasil impresi setiap desainer terhadap sesuatu atau tokoh tertentu. Amalia Andianita (The Mystical Maze) terinspirasi dari Gua Sunyaragi, Cirebon. Sebuah bangunan purbakala yang berarsitektur unik dan berkesan misterius.

Benjamin Devid (The Collective Soul) bahkan terinspirasi dari suasana memperebutkan isi gunungan dalam upacara grebeg sekaten di Yogyakarta. Fitri Rosalia Napitupulu (Trend of Endearment) terinspirasi dari pakaian adat etnis Batak zaman dulu tahun 1890-1940 yang penuh dengan makna/filosofi dari penggunaan pakaian dan cara berpakaian pada saat itu menjadi detil dalam koleksi ini. Yakni menggunakan gaya (style) eksotik dramatik serta tampilan (look) modern.

Rizka Octora (Dignity Charming) terinspirasi dari keelokan ornamentasi filosofis dari ‘Tongkonan’ rumah adat Toraja. Koleksi ini mengusung gaya (style) eksotik dramatik dengan tampilan (look) bohemian.

Keindahan romantisme kekayaan tradisi dan alam tanah air masih menjadi daya tarik utama sumber inspirasi para desainer. Bahkan Pelabuhan Sunda Kelapa menjadi ide cantik bagi rancangan bergaya sporty milik Lisna Rianti Silalahi (Beauty of The Past). Atau juga lukisan Made Wianta yang bercerita mengenai suasana di jalan Fifth Avenue diangkat dalam konsep busana karya Ari Dwi Astuti (Beyond the Imagine).

Perancang lainnya mengambil ide dari olahraga panjat tebing, seperti Hani Rahmah Nurlaeli (Dynamic Youthfulness). Tak hanya itu, Nathania (Crowded Piles) bahkan terinspirasi dari berbagai macam gantungan yang berisi bahan bahan makanan instant pada dinding pasar mikro Bintaro.

Beberapa tokoh legendaris dari Barat juga menjadi inspirasi bagi karya-karya luar biasa yang ditampilkan kali ini. Fitra Adila (The Precious Night) terinspirasi dari salah satu lukisan masterpiece “Starry Night” karya Vincent van Gogh.
Izzati Zahra (The Entire Universe) terinspirasi dari era musik musisi rock legendaris dunia David Bowie, yaitu ‘ziggy stardust’. Jesica P. Herviansyah (Limitless of Act) terinspirasi dari aksi panggung Freddie Mercury yang penuh semangat, totalitas, memukau dan tetap terlihat indah.

Karya-karya bernuansa kelam dan kesedihan juga menginspirasi namun tampil semarak mempesona, seperti karya Irbah Firdausy (Magnificent in Ballads) terinspirasi dari lukisan ‘self portrait’ Frida Kahlo yang penuh dengan ungkapan kesedihan, rasa sakit dan kesepian, kontras dengan latar belakang berupa hutan daun dengan unsur ‘mexican folk’.

Dunia sinematografi juga turut menjadi inspirasi. Pradeep (Flimsy Vision) terinspirasi dari film Black Swan. Tokoh dalam film yang diceritakan mengalami psychosis sehingga tidak dapat membedakan realita dan halusinasi, menyebabkan beberapa adegan dramatis dalam film tersebut. Hal ini dituangkan dalam busana elegan penggambaran angsa hitam.

Animasi turut menjadi sumber ide. Pipit Tenawati (Dimension Fictional) terinspirasi dari rumah ‘ottomite’ yang berada di kota bawah laut yaitu Bikini Bottom (serial kartun Sponge Bob) dengan ‘style sporty off beat’ dan ‘look grunge’. Koleksi ini menampilkan detail ‘snap button’, ‘paneling’, ‘cut off’ dan ‘list’.

Demikian juga Tria Helga Mentari (Comical Chic) terinspirasi dari konsep lukisan Roy Lichtenstein yang beraliran ‘pop art’ berjudul ‘WHAMM’, dengan ciri khas lukisan yang bergaya komik.

Sebarkan :
Daftar News