CCC Danton Sihombing
Danton Sihombing
Figurnya dikenal aktif di lembaga Dewan Kesenian Jakarta, dan sejak tahun lalu menjabat sebagai Ketua.
Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) sebagai lembaga otonom dibentuk oleh masyarakat seniman dan untuk pertama kali dikukuhkan oleh Gubernur DKI Jakarta, Ali Sadikin (7 Juni 1968). Danton saat ini tengah memegang tongkat komando dalam bertugas sebagai mitra kerja gubernur untuk merumuskan kebijakan serta merencanakan berbagai program guna mendukung kegiatan dan pengembangan kehidupan kesenian di wilayah Jakarta, melalui Pusat Kesenian Jakarta Taman Ismail Marzuki, Cikini.
Menengok ke belakang, figur yang pernah mengajar di Institut Kesenian Jakarta lebih dikenal sebagai master tipografi Indonesia.
Danton menempuh pendidikan di jurusan Desain Grafis, Universitas Trisakti (1987-1988), kemudian melanjutkannya di Jurusan Desain Grafis, Institut Kesenian Jakarta (1989-1993), dan mendapatkan gelar Master of Fine Arts/MFA dari Graphic Design Major, Savannah College of Arts and Design (SCAD), Georgia, USA pada tahun 1995-1997.
Sebelum mendirikan konsultan sendiri bermerek Inkara Brand Consulting, Danton pernah bekerja di berbagai perusahan dan terakhir menjabat sebagai pengarah seni di perusahaan desain dan pemasaran Allied Graphic Arts (AGA), Manhattan, New York pada tahun 1997—1998 usai meraih gelar MFAnya.
Salah satu karya pi-font-nya terpilih dalam koleksi Linotype Take Type Library 2: The Second International Type Design Contest 1997, yang diselenggarakan oleh Linotype—type foundry legendaris dunia yang berlokasi di Jerman. Namanya juga tercantum dalam daftar Type Designers and Punchcutters from Gutenberg until Today oleh Hans Reichardt untuk Klingspor-Museum Offenbach, museum tipografi di Jerman. Ia pernah menjabat sebagai anggota Presidium Asosiasi Desainer Grafis Indonesia (ADGI) pada tahun 2006 dan menjadi Ketua Umum Asosiasi Desainer Grafis Indonesia (ADGI) periode 2007-2010 dan berhasil membuahkan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) untuk profesi Desainer Grafis yang telah disahkan oleh Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi.
Tahun 2000, bersama desainer Ilma Noe’man mendirikan Inkara Brand Consulting (www.inkarabrand.com) yang aktif menangani brand study, brand strategy, brand identity, dan internal brand engagement programs untuk klien nasional dan internasional, di antaranya seperti Aerowisata Hotels and Resorts, Rekind-PT Rekayasa Industri, Bina Nusantara-Binus, Al Ahli-National Commercial Bank (NCB)-Saudi Arabia, Artajasa, Sentosa Worldwide Resorts, Patra Jasa, Pakuwon Group, PT Bank Mega Tbk, Bank BTN, PT Barclay Products Ltd (The Tempo Group), dan OWMP International-Brunei Darussalam.
Selain mengelola Inkara Brand Consulting dan dosen desain grafis di IKJ, La Salle College, Universitas Indonesia, Danton aktif sebagai dosen tamu di berbagai perguruan tinggi di Indonesia.
Tahun 2001 ia menulis buku “Tipografi dalam Desain Grafis” dan “Tipografi dalam Desain Grafis-Edisi Diperbarui” yang diluncurkan pada Agustus 2015. Danton Sihombing juga menyusun buku “Warisan 5 Desainer: Tjahjono Abdi, S. Prinka, Priyanto Sunarto, Yongky Safanayong, Irvan Noe’man” yang diterbitkan pada November 2015.
Ia juga beberapa kali menjadi juri bidang desain, seperti di antaranya BMW Young Designer Award, British Council Young Creative Entrepreneur, Indonesia Good Design Selection-Kementerian Perindustrian, dan Phinastika Award.
Danton Sihombing juga beberapa kali menjadi pembicara seminar, seperti The Power of Typography in Visual Communication, Entrepreneurship for Graphic Designers, serta memoderasi berbagai konferensi desain, seperti Visual Branding from ‘Museum’ to Corporate Giants, The Power of Design in a Creative Economy bersama Simon Pemberton (Chairman Australia Graphic Design Association) dan Kan-Tai Keung (desainer terkemuka di Hong Kong), Indonesia Design Power Conference bersama para tokoh industri kreatif Asia, dan Think Big-Design Power Conference bersama para desainer kelas dunia seperti Stefan Sagmeister, Tarek Atrissi, dan Ahn Sang-soo.
Pada tahun 2006 hingga 2007, Danton Sihombing menjabat sebagai Presidium Adgi (Asosiasi Desainer Grafis Indonesia), dan kemudian 2007 hingga 2010, ia menjabat sebagai Ketua Umum Adgi.
Akhir 2014, Danton Sihombing memperoleh penghargaan dari majalah Marketeers untuk Indonesia Wow! People: 50 Creative Youth-Women-Netizen 2015. Sejak Mei 2015 ia menjabat sebagai Chairman Forum Grafika Digital (FGDForum), sebuah organisasi yang mengkreasi dan menyelenggarakan FGD Expo—pameran industri grafika (printing, packaging, publishing, promotion) terbesar di Indonesia yang digelar setiap dua tahun sekali.
Saat ini Danton Sihombing juga menjadi konsultan branding dan mentor bersama Andy F. Noya dalam program TV Big Bang! Show-Kompas TV yang ditayangkan setiap minggu. Program TV ini menampilkan social-entrepreneurship dan inovasi dari anak-anak muda Indonesia.
Kerja kurasi, produksi pengetahuan, dan wacana saat ini telah menjadi laboratorium bersama dalam modus penciptaan model kesenian, di mana dimensi hulu hingga hilir kerja kesenian tidak lagi mengalir dalam sebuah saluran pipa yang hanya mengandalkan sumber daya internal.
Danton menerapkan konsep branding ini dalam memainkan tongkat komandonya di DKJ saat konferensi pers pembukaan perhelatan program Djakarta Teater Platform (DTP) tahun 2019 hadir untuk memberikan tawaran partisipasi terbuka dan pertukaran nilai di dalamnya, di mana ada sebentuk mekanisme “plug and play”, menjadikan ekosistem sebagai key enabler dengan cara membuka respon publik dan pasar sebagai basis penciptaan.
Menurutnya, sejauh ini, Komite Teater DKJ terus melakukan ujicoba metodologi, meningkatkan derajat saturasi praktik penciptaan, sembari membangkitkan kesadaran terhadap pergeseran-pergeseran dalam medan teater.
Dua tahun terakhir, Komite Teater sebagai basis penciptaan dalam DTP juga telah menampilkan pertunjukan dari mancanegara, termasuk Inggris, Jepang, Hong Kong, dan Filipina. Persinggungan kebudayaan dan produksi gagasan ini yang bakal menjadi embrio menuju platform festival teater internasional di Jakarta.
Danton menilai, semakin banyak pameran, festival, seminar, kelas akademik, dan publikasi kesenian masakini yang berkontribusi dalam mengembangkan kesadaran akan praktik penciptaan seni telah menyatukan seniman dari berbagai latar belakang, kritikus seni, akademisi, dan kurator di sekitar minat bersama mereka.
“Convergence Culture: Where Old and New Media Colide” (Henry Jenkins) tentang budaya konvergensi, di mana kerja kesenian melintasi batas-batas tradisional spesialisasi dan bidang studi. Budaya baru ini lantas memungkinkan hampir semua bentuk media diproduksi oleh hampir semua orang atau entitas.
Konvergensi sebagai pengaburan batas, bidang, dan spesialisasi telah mentransformasikan budaya dan paradoks sejarah dan menciptakan pergeseran seni teater menjadi pertunjukan yang eksperimental, dengan berdiri di antara seni yang lain dan merangkul berbagai praktik seni.
“Gelaran Lintas Media dari Komite Teater Dewan Kesenian Jakarta telah melakukan pembacaan tentang konvergensi ini,” menurut Danton.
DTP untuk mencoba melihat beberapa masalah yang dihadapi berbagai disiplin seni, termasuk jenis seni apa yang kita miliki saat ini, dan bagaimana mengukur nilai seni yang semakin didorong oleh data.
Lebih dari itu, tentang bagaimana mengajarkan seniman memonetisasi kreativitasnya dan mengemukakan perubahan besar dalam cara mengonsumsi seni, hingga bagaimana kita menciptakannya.
Danton juga menjelaskan, program-program DKJ memang sedang concern pada tiga wilayah yang nampak berbeda tetapi bersinggungan, yaitu advokasi, edukasi dan penciptaan ekosistem kesenian.
Dalam kerja advokasi, DKJ berupaya menjadi laboratorium untuk pembuatan kebijakan publik berdasarkan pilihan-pilihan gagasan yang dibawa para seniman dan pegiat seni.
Sementara dalam kerja edukasi, DKJ melibatkan seniman-seniman dalam perhelatan agar bisa melebur dan bertukar gagasan. Tujuannya bukan untuk melihat hasil akhir, tetapi membentang bagaimana kerja kesenian lintas media itu berproses dalam suatu medan seni yang memberi manfaat bagi khalayak.
Selanjutnya, dalam upaya menciptakan ekosistem bagi pekerja-pekerja seni, DKJ memberi ruang yang kondusif bagi seniman untuk mempertaruhkan gagasan penciptaan kesenian dalam platform yang tepat.
(Source: dari berbagai sumber via google)