Art Jakarta 2019
Karya alumnus Institut Kesenian Jakarta (IKJ), Yani Maryani tampak turut terpampang di salah satu paviliun dalam perhelatan ‘seni rupa berkelas’ (classy exhibition) bertajuk Art Jakarta 2019 selama 3 (tiga) hari bersama alumni IKJ lainnya antara lain Muhammad Taufiq yang lebih dikenal dengan nama Emte, ilustrator produk Bric’s-Italia dan desainer Patric Owen.
Sejumlah 70 galeri seni lokal dan internasional hadir pertama kali di Jakarta Convention Centre (JCC), Senayan, Jakarta Pusat menyertai rangkaian workshop dan diskusi serta berbagai acara lainnya dalam pameran akbar ini sejak 30 Agustus hingga 1 September ini.
Dua program khusus –‘Art Jakarta Spot’ dan ‘Art Jakarta X’– menyuguhkan sejumlah karya dari 10 seniman yang ditempatkan di tujuh area berbeda dalam area pameran. “Kami membawa karya-karya terkemuka untuk diapresiasi oleh pecinta seni yang mengunjungi ‘Art Jakarta 2019’,”kata Enin Supriyanto selaku Direktur Artistik ‘Art Jakarta 2019’.
Program-program tersebut merupakan hasil kolaborasi dengan pihak lain, seperti mitra dan kolektor, untuk memamerkan karyanya dalam bentuk presentasi khusus, demikian lanjut Enin.
Perhelatan akbar ke-11 ini diharapkan dapat menjadi tolok ukur bagi pasar seni rupa di Indonesia hingga Asia Tenggara, demikian lanjut Enin. “Perubahan yang kami lakukan ini merupakan salah satu cara untuk merepresentasikan komitmen kami dalam membangun landasan bagi komunitas seni rupa baik lokal maupun internasional untuk bisa berinteraksi.”
Lebih dari 40 ribu pengunjung mendatangi acara ini setiap hari sejak pagi hingga malam hari dengan tiket masuk seharga Rp 100.000,- per orang.
Beberapa workshop digelar dengan jumlah peserta terbatas. Hanya dengan membayar Rp 100.000,- untuk material produk, pengunjung dapat mengikuti arahan beberapa seniman, termasuk Eko Nugroho –seniman yang karyanya menjadi salah satu produk Louis Vuitton berbentuk scarf– dalam proses membuat tiedye (semacam jumputan) hingga produk jadi.
Di sudut lain, tampak Dian Sastrowardoyo bersama para sahabatnya dalam Du’Anyam menjadi host untuk sebuah acara lelang yang diperuntukkan bagi pembuatan sumber air bersih (The Water House Project) bagi masyarakat di Tanawerang, Nusa Tenggara Timur. Dengan mengandalkan buah kerajinan tangan setempat, yakni anyaman keranjang yang dimodifikasi sedemikian rupa oleh beberapa seniman millenial, acara auction tersebut berhasil mengumpulkan dana sekitar puluhan juta rupiah. Terlihat di deretan kursi audiens, Miranda Gultom dan Maulana Indraguna Sutowo menjadi peserta intens dan aktif dalam menyukseskan prosesi lelang ini. Biduanita Eva Celia juga turut meningkah keramaian Art Jakarta 2019 melalui lantunan suara merdunya.
Di hari pertama para jurnalis mendapat panduan khusus untuk melakukan tour setiap paviliun selain diberikan kesempatan bertanyajawab dan wawancara langsung.
Tak hanya itu, menjelang opening sejumlah pengunjung VIP dan warga asing juga mendapat guidance langsung khusus dari pihak penyelenggara. Saat opening hadir pula Triawan Munaf, Kepala Badan Ekonomi Kreatif Indonesia beserta jajaran pejabat bidang kesenian dan kebudayaan lainnya.
Manajemen yang cukup teratur dan terfokus ini memang berbeda dengan Art Jakarta 2018 di Pacific Place bertempat di kawasan mall yang notabene pengunjungnya lebih bertujuan untuk berbelanja.
Sejumlah diskusi menarik digelar di atas panggung dengan menampilkan para kolektor, kreator, kritikus dan para pekerja seni lainnya seperti Melani W. Setiawan (One Piece Club), arsitek Andra Martin, Asmujo Jono Irianto, Handiwirman Saputra, Wiyu Wahono dan lain-lain bersama BEKRAF dan berbagai diskusi yang dipandu oleh Whiteboard Journal x.
Kolektor seni rupa ternama Indonesia Tom Tandio pun ditunjuk menjadi Fair Director dalam perhelatan ini. Pengalaman dan profesionalisme Tom yang telah cukup lama terlibat dalam berbagai kegiatan seni rupa kontemporer di Indonesia dan mancanegara terutama dalam kegiatan art fair diharapkan dapat menjadikan Art Jakarta sebagai ajang prestisius bertaraf internasional di Jakarta.