Top
  /     /   Alumni IKJ

Agus Nur Amal PMTOH

@worldissudden Upcoming live events to launch TALKER #12 with Agus Nur Amal PMTOH. This is an extremely rare opportunity to see Agus who will be travelling over from Jakarta to perform at just these four dates. Acara yang akan datang TALKER #12 bersama Agus Nur Amal PMTOH. Ini adalah kesempatan yang sangat langka untuk melihat Agus yang akan melakukan tour dari Jakarta khusus tampil hanya pada tanggal ini di London-Glasgow-Newcastle-Cardiff.

Agus Nur Amal PMTOH uses household objects for storytelling performances and creates art objects to share ideas, knowledge, conflict resolutions and trauma healing. Collaborating with artists, photographers, videographers, and educators, he aims to entertain and educate through various methods. After he graduated from theatre faculty at the Jakarta Institute of Arts, Agus returned to his hometown Weh Island (Aceh, Sumatra) to research and study the art of Acehnese storytelling known as PMTOH. Agus is also involved in community empowerment activities, having joined the Anti-Violence Community in handling student brawls in 1999-2002 in Jakarta. From 2003 until now, he works with Komunitas Tikar Pandan community for trauma healing and peace building projects in Banda Aceh. His work was featured in a major exhibition in Kassel, Germany as part of Documenta 15 in 2022.

Agus Nur Amal PMTOH menggunakan benda-benda rumah tangga untuk pertunjukan mendongeng dan menciptakan benda seni untuk berbagi ide, pengetahuan, penyelesaian konflik, dan penyembuhan trauma. Berkolaborasi dengan seniman, fotografer, videografer, dan pendidik, ia bertujuan menghibur dan mendidik melalui berbagai cara. Setelah lulus dari Program Studi Teater Fakultas Seni Pertunjukan Institut Kesenian Jakarta, Agus kembali ke kampung halamannya di Pulau Weh (Aceh, Sumatera) untuk meneliti dan mempelajari seni mendongeng Aceh yang dikenal dengan PMTOH. Agus juga terlibat dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat, pernah bergabung dengan Komunitas Anti Kekerasan dalam penanganan tawuran pelajar pada tahun 1999-2002 di Jakarta. Dari tahun 2003 sampai sekarang, ia bekerja dengan komunitas Komunitas Tikar Pandan untuk proyek pemulihan trauma korban tsunami dan pembangunan perdamaian pascakonflik di Banda Aceh. Kegiatan story telling ini juga dilakukan sebagai upaya rekonsiliasi antara penganut Hindu dan Islam di Sumber Klampok, Bali, yang masih dirundung trauma pembunuhan massal 1965. Pada 2014, ia mengikuti program residensi di ASEAS-UK
(Association of Southeast Asian Students – UK) Conference, Brighton, Inggris. Tak kurang dari 1.000 kali pentas di berbagai tempat, ia sudah berkeliling ke seluruh dunia dan kini instruktur utama serta narasumber untuk teater objek internasional. Teater tunggal adalah teater efektif, murah, dan sederhana. Karyanya telah terpilih ditampilkan dalam pameran besar di Kassel, Jerman sebagai bagian dari Documenta 15 pada tahun 2022.

TALKER Issue #12 with Agus Nur Amal adalah proyek kolaborasi antara Giles Bailey (UK) dan Agus Nur Amal (ID).

TALKER adalah media independen yang memberi ruang bagi seniman performans untuk mendiskusikan karya mereka serta disiplin seni performans secara luas. TALKER Issue #12 akan diproduksi dengan berkolaborasi bersama Agus Nur Amal, seorang seniman performans dengan akar yang kuat dari Aceh.

Proyek kolaborasi ini adalah salah satu dari sebelas proposal terpilih untuk Connections Through Culture Grant 2022/23.

Selengkapnya di http://bit.ly/CTCIntro_TalkerIssueNo12.

_____

TALKER adalah media independen yang memberi ruang bagi seniman performans untuk mendiskusikan karya mereka serta disiplin seni performans secara luas. TALKER Issue #12 akan diproduksi dengan berkolaborasi bersama Agus Nur Amal, seorang seniman performans dengan akar yang kuat dari Aceh. Our interview was conducted last month in Jakarta and kindly funded by @idbritish @britishcouncil @britisharts @ukinindonesia
______
 
 
Agus Nur Amal, alumnus Jurusan Seni Teater (S1) Fakultas Seni Pertunjukan IKJ (2000) telah lama dikenal sebagai pendongeng dan seniman tutur dengan genre yang terinspirasi dari seni tutur tradisional Aceh yang dibawakan oleh mendiang Teungku Adnan PMTOH, penghikayat senior luar biasa yang dijuluki troubadour dari Aceh Selatan, yang pada mulanya muncul dan dipentaskan dalam bus antar kota-antar provinsi perusahaan PMTOH.
Pemain seni tutur di genre ini –menurut sang pendahulu tersebut– harus mampu bermain musik seperti meniup seruling, bermain gendang maupun menabuh rapa-i, dan harus bisa bernyanyi pula, sembari memainkan panci, wajan, ember, dan aksesoris lainnya sebagai perangkat pendukung dongeng. Kata “pmtoh” diplesetkan menjadi “pohtem”, dalam bahasa Aceh berarti: memukul (poh/peh) dan kaleng (tem).
Sebarkan :
Daftar News