Seputar Proses Produksi: Novel Grafis Hujan Bulan Juni karya Sapardi Djoko Damono (Part 1: Dr. Indah Tjahjawulan, M.Sn.)
Puisi fenomenal nan melegenda, “Hujan Bulan Juni“ karya Prof. Dr. Sapardi Djoko Damono (1940-1920), pujangga Indonesia dan dosen Sekolah Pascasarjana IKJ, telah hadir dalam buku novel grafis (cerita bergambar) sebagai persembahan sivitas akademika Institut Kesenian Jakarta (IKJ) di bulan Juni 2021.
Karya romantis dan impresif yang tak akan lekang oleh waktu melalui simbol alam sebagai sesuatu yang hidup sebagaimana dirasakan manusia (personifikasi), ditulis Sapardi di tahun 1989. Terbit pertama kali sebagai buku kumpulan puisi di tahun 1994 oleh Grasindo, berisi sejumlah 102 puisi yang ditulis semasa rentang waktu 1964-1994. Tahun 2015, novel trilogi Hujan Bulan Juni pun terbit sebagai tafsiran puisi.
Diterjemahkan ke berbagai bahasa, seperti ke bahasa Inggris, Jepang, Arab, Mandarin dan bahasa Rusia, upaya mengalihkan puisi Hujan Bulan Juni ke berbagai wahana telah dilakukan. Salah satunya adalah penerbitan novel grafis atau cerita bergambar (cergam) oleh Gramedia Pustaka Utama.
Meski ada perubahan karena struktur penyusunan karya yang berbeda, secara keseluruhan tema, amanat dan inti dari karya sastra tersebut sama. Buku cergam yang tertuang dari novel trilogi Hujan Bulan Juni (2015) sebagai tafsiran puisi ini adalah hasil kreasi para sivitas akademika Institut Kesenian Jakarta (IKJ), khususnya Fakultas Seni Rupa (FSR).
Novel yang sempat naik ke layar bioskop (2017) dengan Sapardi sebagai salah satu aktornya bersama peraih citra pemeran terbaik FFI 2013 Adipati Dolken serta Titien Wattimena alumnus FFTV IKJ sebagai penulis naskahnya, kini hadir secara grafis sebagai hasil Kerjasama program studi Desain Komunikasi Visual (Ketua Prodi Bambang Tri Rahadian, M.Sn./ ‘Beng Rahadian‘, komikus) dan pelaksanaannya dikoordinasikan oleh seorang lead creative, yakni illustrator Saut Irianto Manik, M.Sn., pengajar di FSR.
*
Berikut ini adalah perbincangan mendetail (secara tertulis) bersama Rektor IKJ, Dr. Indah Tjahjawulan, M.Sn. (IT) selaku pelontar ide alih wahana HBJ sejak awal:
Q: Bagaimanakah latar belakang atau titik mula kolaborasi antar kreator ini, siapa yang menginisiasi idenya dan apa tujuan besar yang ingin dicapai? Setelah tercipta kerja kolaborasi antar kreator ini, bagaimana dengan keterlibatan penerbit? Apakah ada lagi pihak lain yang juga turut ikut andil?
IT: Setelah berhasil mengalihwahanakan Hujan Bulan Juni karya Sapardi Djoko Damono (SDD) menjadi buku mewarnai untuk dewasa, hingga keluar Novel Hujan Bulan Juni, saya berpikir bentuk apa lagi yang belum, ya. Komik strip sudah pernah dibuat. Kemudian saya tanyakan ke Pak SDD, apakah bisa Deskov IKJ (Desain Komunikasi Visual IKJ) membuat Novel Grafis dari novel HBJ ini. Saat itu novel tersebut sedang best seller, sehingga saat saya meminta izin kepada Pak SDD, dan menawarkan ke Gramedia untuk menjadikannya dalam bentuk Novel Grafis, mereka setuju.
Kemudian dimulailah pekerjaan. Bahkan sempat soft launching di acara PopCon 2016. Targetnya adalah 1-2 tahun selesai. Namun selanjutnya tertunda cukup lama. Banyak hal yang menyebabkan tertundanya pekerjaan ini, salah satunya adalah kesibukan saya sendiri juga yang kemudian mendapat tugas tambahan menjadi Dekan. Kemudian juga terjadi perubahan team komikusnya itu sendiri, tapi alhamdulillah akhirnya selesai. Namun, sayang sekali, selesai setelah pak SDD sudah tiada.
Q: Pak Sapardi dikenal sebagai penulis yang sangat produktif menghasilkan begitu banyak karya, dan selalu mendapat sambutan yang baik dari para pembacanya. Apakah ada alasan tertentu mengapa dari sekian banyak karya beliau, Hujan Bulan Juni lah yang dipilih untuk dijadikan novel grafis? Apa pertimbangannya?
IT: Novel Grafis ini alih wahana dari Novel HBJ. Cerita novelnya sendiri tidak rumit, dan mudah disukai pembaca, sehingga saya rasa jika dialihwahanakan juga akan disukai pembaca. HBJ sendiri sebagai puisi sudah sangat ikonik, dan sudah dialihwahanakan ke pelbagai bentuk seni yang baru, sehingga saat pak SDD membuat novelnya, dengan mudah disukai oleh pembaca. Novelnya kemudian sempat dialihwahanakan dalam bentuk film dan dengan bentuk Novel Grafis ini. Mungkin nanti akan ada bentuk lainnya. Saya berharap HBJ akan terus abadi.
Q: Novel Grafis hingga saat ini, terutama di Indonesia, bisa dikatakan punya barisan pembaca yang setia, tetapi cukup spesifik pasarnya. Menurut Ibu Indah, apa yang dibutuhkan sebuah novel grafis agar dapat digemari oleh pembaca di Indonesia, terlebih bila ternyata novel grafis tersebut mampu menarik pembaca baru?
IT: Novel Grafis biasanya memiliki narasi yang kuat dan dengan membuat gambar yang tepat, kekuatan cerita tersebut menjadi lebih baik. Dengan Novel Grafis HBJ ini, saya berharap kekuatan narasi SDD tidak hilang, malah menjadi bertambah, dan tentu menarik pembaca baru yang sebelumnya hanya mengenal novel dan puisi SDD.
Q: Melihat perkembangan teknologi yang dekat sekali dengan generasi muda, mereka bisa membuat konten-konten kreatif, yang secara tidak langsung eksplorasi mereka cukup pesat: mencampurkan musik, video, ilustrasi, dan lain sebagainya. Bagaimana IKJ melihat perkembangan ini dari sisi akademis? Apakah interdisipliner menjadi hal yang juga dikembangkan di IKJ?
IT: Kalau bicara interdisipliner, justru menurut saya IKJ itu sejak awal berdiri tahun 70-an sudah melakukan hal tersebut. Sampai saat ini visi interdisipliner bukan hanya berkembang tapi saya kira sudah tersemat dalam jiwa sivitas akademika IKJ lewat aktivitas dan komunikasinya saat berkesenian.
Q: Peluncuran novel grafis Hujan Bulan Juni dilakukan hampir bersamaan waktunya dengan perayaan Dies Natalis IKJ ke-51, apakah memang ada tujuan khusus hingga dipilih waktu tersebut?
IT: Gak sih, itu kebetulan aja. Targetnya memang bulan Juni supaya pas dengan judul bukunya, yang ternyata juga bersamaan dengan Dies Natalis IKJ ke-51.
Q: Tahun 2016, Prodi Deskov IKJ pernah merilis sebuah buku mewarnai. Kali ini, membandingkan dengan yang pernah dibuat sebelumnya, apakah novel grafis Hujan Bulan Juni ada perbedaan atau perkembangan yang signifikan selama proses alih wahana dari novel hingga jadi novel grafis? Apa yang mahasiswa bisa pelajari selama proses ini?
IT: Buku mewarnai dirilis tahun 2016, konsepnya memang ringan. Saat itu buku mewarnai untuk orang dewasa sedang tren, kemudian saya tanya Pak SDD, bolehkah saya dan teman-teman bikin buku mewarnai dari kumpulan puisi pak SDD, karena saya lihat-lihat belum ada yang konsepnya jadi satu dengan buku puisi, jadi seperti seni sastra dan seni rupa dalam satu wadah. Pak SDD sangat setuju, bahkan mengajak saya bertemu dengan Ibu Mirna dari Gramedia untuk menawarkan konsep itu, yang kemudian disetujui oleh Gramedia.
Buku mewarnai puisi SDD itu isinya ilustrasi yang dibuat oleh dosen-dosen DKV IKJ (sebanyak 19 orang), yang dibebaskan dengan interpretasinya masing-masing terhadap puisi-puisi SDD dengan style gambar masing-masing. Tidak ada narasi, tidak ada ketentuan atau aturan. Jadi hasilnya seperti karya gambar kompilasi. Secara proses menyatukan tentu lebih mudah, hanya tinggal menentukan deadline. Saya agak lupa waktu yang diperlukan, tetapi itu hanya dalam kisaran bulan selesai. Kalau tidak salah dari konsep pembicaraan awal dengan Gramedia, sampai selesai cetak mungkin sekitar 4-5 bulan, seingat saya ya.
Kalau Novel Grafis tentu lebih kompleks dari sisi proses. Mungkin Mas Saut bisa lebih membantu menjelaskan, karena beliau yang memimpin proses novel grafis tersebut.
Q: Pesan apa yang ingin disampaikan untuk pembaca karya Bapak Sapardi dan penggemar novel grafis di Tanah Air? Selain itu, apa harapannya untuk akademis dengan peluncuran Novel Grafis ini?
IT: Saya ingin menyampaikan, bahwa almarhum Pak SDD sangat menghargai dan membebaskan orang lain mengalihwahanakan karya-karyanya dalam bentuk dan medium apapun. Pak SDD juga selalu mengatakan kalau karyanya yang sudah dialihwahanakan itu artinya sudah menjadi milik orang yang mengalihwahanakan. Bebas saja mau dijadikan seperti apapun, termasuk saat saya membuat buku manuskrip dan pameran manuskrip dari karya-karya puisi asli yang masih dalam bentuk tulisan tangannya, beliau membebaskan kepada saya mau seperti apa.
Saya rasa dengan konsep seperti itu, maka sebuah karya akan abadi, karena akan terus menerus dibicarakan seiring dengan kemunculan interpretasi yang baru, media yang baru.
*
Novel grafis yang dirancang oleh Dosen dan Mahasiswa Deskov IKJ hingga setebal 180 halaman tersebut, kini sudah dapat dipesan hari ini juga melalui Gramedia official store.
—