Galuik Kumango – Benny Krisnawardi
Saat ini tercatat sebagai pengajar di Jurusan Seni Tari Fakultas Seni Pertunjukan (FSP) Institut Kesenian Jakarta (IKJ) almamaternya, Benny Krisnawardi, S.Sn. lahir di Batusangkar, Provinsi Sumatera Barat adalah alumnus tahun 2015, hasil beasiswa dari The Japan Foundation. Menguasai beberapa aliran silat Minangkabau sejak duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama, menjelang akhir studi di Sekolah Menengah Atas (1986) menjadi penari tetap Gumarang Sakti Dance Company pimpinan Gusmiati Suid.
Sejak tahun 1990, mulai terlibat di berbagai pergelaran tari seniman-seniman Indonesia seperti Tom Ibnur, Sardono W. Kusumo, Julianti Parani, Farida Feisol, Deddy Luthan, Wiwiek Sipala, Boi G Sakti, Hartati, Sukarji Sriman dll. Selain itu ia bergabung dengan berbagai kelompok tari lainnya, antara lain Cipta Dance Company pimpinan Sal Murgiyanto, Pos Indonesia Dance Company pimpinan Tom Ibnur dan pernah berkolaborasi dengan beberapa koreografer dari dalam maupun luar negeri, seperti Peter Chin (Kanada), Gerarl Monstraat (Belanda), Katia Angle (Jerman). Ia pun pentas keliling dengan kelompok tari luar negeri, yaitu King Lear produksi Japan Foundation, beserta sutradara Ong Ken Sen dari Singapura ke panggung berbagai kota di dunia.
Tahun 2000, Benny membentuk Sigma Dance Theater sebagai wadah kreasi generasi muda sekaligus melestarikan budaya Minangkabau di lingkungan tempatnya tinggal yaitu di wilayah Sigma Jatimakmur Pondok Gede Bekasi, membina para remaja setempat yang berminat ke dunia seni khususnya tari dan kemudian melahirkan puluhan karya tari baik skala kecil maupun karya tari untuk forum-forum yang lebih besar. “Saya telah dipercaya warga untuk menjadi Pembina remaja dalam bidang seni dan budaya. Ini sebuah amanah yang wajib saya jalankan dengan baik,” tandasnya.
Ia memperoleh Hibah Seni Kelola 2006 untuk kategori Pentas Keliling di kota Padangpanjang, Bukittinggi dan Padang dan aktif terlibat dalam beberapa perhelatan besar di Indonesia, seperti Pembukaan Sea Games di Palembang (2011). Acap kali diminta memberikan masterclass/worksho p, antara lain pada Muara Online (bertajuk Dance Masterclass – Benny Krisnawardi) untuk masyarakat Singapura koordinasi Era Dance Theatre kolaborasi dengan Teater Esplanade (Theatre on the Bay) sebagai instruktur teknik.
Aktif berkarya sejak masih mahasiswa, karya-karyanya terinspirasi dari fenomena sosial di sekitarnya. Baginya, kedekatan tema dengan dirinya akan memudahkan visualisasi ide ke dalam bentuk koreografi. Benny yang berdarah suku Minangkabau ini gemar mengeksplorasi gerakan silat budaya Minangkabau dalam berkarya. Ia tidak mengubah pola tradisi yang ada, namun menjadikan tradisi sebagai pegangan untuk melahirkan karya yang inovatif. Prinsip Benny tentang hal tersebut dapat terlihat melalui paparan dalam makalahnya berjudul Galuik Kumango yang selalu menjadi dasar pemikirannya yang utama dalam olah gerak tarinya hingga kini.
Galuik Kumango adalah karya tugas akhirnya saat menyelesaikan studi S1 di FSP IKJ. Paparannya seputar proses penciptaan yang dilakukan melalui riset artistik, berdasarkan penelitian yang menggunakan metode kualitatif guna menciptakan koreografi berbasis silat Minangkabau sebagai sumber inspirasi artistik. Garapan tari “Galuik Kumango” berangkat dari sketsa perjalanan hidup Syekh Abdurrahman Al Chalidi, tokoh/ahli silat di ‘nagari’ Kumango –sebuah desa/kelurahan di Sumatera Barat– yang dikenal sangat keras, suka berkelahi sejak berusia muda, parewa (preman) dan pantang kalah dalam segala hal, namun kemudian berubah menjadi seorang ulama besar dan pelopor berkembangnya aliran Silek Kumango. Silat yang dalam bahasa Minangkabau disebut silek merupakan seni bela diri yang dimiliki oleh masyarakat Minangkabau secara turun temurun dari generasi ke generasi. Kebiasaan merantau masyarakat Minangkabau sejak beratus-ratus tahun yang lalu, menjadikan silek sebagai bekal merantau yang harus dimiliki sebagai pertahanan diri untuk menghadapi berbagai ancaman fisik selama merantau.
Karya Benny yang terinspirasi oleh pelopor Silek Kumango, menjadikan gerakan tari dalam karya ini sebagai hasil eksplorasi dari gerakan silat Kumango berikut imaji koreografer tentang gerak silat Harimau yang ada di Minangkabau. Gerakan ini kemudian diolah melalui berbagai proses yang diformulasikan menjadi bentuk tari tersendiri dan menjadi dasar utama Benny dalam mengolah kreasi gerakan koreografinya di berbagai panggung dunia. Karya Galuik Kumango kini tengah dipersiapkan untuk program Festival Lintas Nusantara di Singapura mendatang.
“Rasanya banyak sekali yang bisa saya temukan di dunia tari ini. Apalagi dengan mempelajari atau memperdalam ilmu tari itu sendiri. Saya bisa menikmati keindahan budaya tradisi yang kita miliki baik itu tari, musik dan lain-lain. Semakin saya mengenal budaya tradisi khusus tari, semakin banyak yang ingin saya ketahui. Hal tersebut mungkin didorong oleh cinta dan rasa
memiliki budaya tradisi itu, yang pada akhirnya mendorong saya untuk mempelajari, bahkan kapan perlu menyelamatkan agar terhindar dari kepunahan.” tutur Benny.
memiliki budaya tradisi itu, yang pada akhirnya mendorong saya untuk mempelajari, bahkan kapan perlu menyelamatkan agar terhindar dari kepunahan.” tutur Benny.
Beberapa program cukup besar pernah dipercayakan kepada Benny antara lain karya tari kolosal “The Beat Of Kujang Palagan” pada pembukaan PORDA Jawa Barat ke XIII 2018 di Gedung Olah Raga Pakan Sari Cibinong Bogor dimana Benny sebagai sutradara selain koreografer, serta karya tari kolosal “Manyulam Kain Joloang” pada pembukaan Pesona Budaya Minangkabau di Istana Pagaruyung, 2018 di Batusangkar, Sumatera Barat.
“Dunia tradisi Nusantara khusus di dunia koreografi, semakin digali semakin memunculkan persoalan baru dan tidak pernah habis, ibarat mata air yang tak pernah kering. Makanya saat ini kita bisa melihat dunia koreografi terus berubah, berkembang mengikuti perjalanan waktu, sangat dinamis. Beberapa karyanya Siti Kini, Jejak Asa (Dance Film) bercerita tentang seorang anak muda yang terdampak Covid-19, lahir saat pandemi mulai merebak di tahun 2020 dan karyanya Saiyo Satido meraih Juara 1 lomba karya tari Virtual Bank Indonesia (BI). “Semua seakan menuntut kita untuk terus berinovasi dalam berbagai hal tanpa melupakan pijakan tradisi yang kita miliki.” Baginya, IKJ berjalan mengikuti perkembangan zaman, jeli akan tuntutan masyarakat terutama generasi muda yang akan menghiasi ruang-ruang belajar dalam pola atau tingkat akademi yang modern, akan tetapi tetap dalam koridor kepatutan seni budaya Indonesia.
“Almamater bagi saya memberi energi sangat positif kemanapun saya melangkah. Rasanya tidak bisa saya pungkiri, almamater akhirnya secara perlahan membentuk tanggung jawab dan karakter saya sebagai orang yang bergerak di dunia seni dan budaya. Saya akan terus belajar dan memperdalam tradisi yang saya miliki yaitu Minangkabau,” pungkas Benny dengan lugas.
___