Top
  /     /   Civitas Academica IKJ

Diskusi Komik Medan: Dulu dan Kini

DISKUSI KOMIK MEDAN: DULU DAN KINI

Ternyata komik Medan memiliki sejarah yang penting dalam peta perjalanan komik Indonesia, meskipun sempat terputus saat peristiwa G30SPKI dan beberapa tahun setelahnya. Cergam Medan muncul sebagai salah satu puncak kejayaan komik Indonesia (1954-1963).

Peneliti Marcel Bonneff pernah menyebut masa singkat itu sebagai “zaman keemasan” komik di Tanah Air. Sebuah pameran di Bentara Budaya Jakarta (Desember 2016), menyuguhkan kenangan betapa komik Medan memiliki kekuatan estetika gambar, narasi sastrawi, kompleksitas cerita, dan tema yang beragam.

Artis cergam Medan antara lain: Zam Nuldyn, Loethfi AS. Taguan Hardjo, Djas, Bahzar, Tjep Hendar, Dada Meuraksa, Arry Darma, M. Aly dll.  Taguan Hardjo, salah satu komikus yang menonjol dengan cergam pertamanya Tjip Tupai yang terinspirasi oleh karakter Disney dan cergam keduanya Mentjari Musang Berdjanggut.

Dok. FSR IKJ 2016

Seno Gumira Ajidarma, mantan Rektor IKJ 2016-2020 bahkan menyusun buku berjudul Komik Filsafat Taguan Hardjo untuk menunjukkan bahwa publik sangat menyukai kata-kata yang terangkai di dalam balon-balon dialog setiap halaman bergambar hitam putih yang dianggap publik sebagai genre baru tersebut.

Namun usia cergam Medan tidaklah panjang dan setelah tahun 1963 berangsur surut hingga sekarang.

Seorang komikus dituntut tak hanya mampu menggambar namun juga mengarang cerita berikut rangkaian kata dan dialog yang dihadirkan sesuai sinopsis.

Karya seni sastra dalam bentuk seni rupa ini menjadi ciri khas khusus produk seni ini. Meski sebetulnya karya seni rupa menjadi suguhan bertutur di masa lalu sebagaimana tertera dan terukir di rangkaian relief di candi Borobudur dan candi-candi lainnya.

Sebuah diskusi diselenggarakan Deskov FSR IKJ (21/8) guna menggugah kembali masa kejayaan komik daerah tersebut dan kondisinya terkini. Diharapkan ajang ini akan semakin tercipta diskursus sekaligus menstimuli penciptaan baru komik-komik lokal, kali ini terfokus pada komik Medan.

Dr. Iwan Gunawan, S.Sn., M.Si., alumnus sekaligus dosen senior Fakultas Seni Rupa IKJ, adalah si empunya ide atau otak dari berbagai kegiatan pengangkatan kembali wacana seputar cerita bergambar Medan selama beberapa tahun terakhir ini, baik pameran hingga forum diskusi. Pria kelahiran Jakarta, 5 September 1963 ini menyelesaikan pendidikan tinggi Diploma di ATGI Jakarta, Sarjana di DKV IKJ, Magister di KWA UI, dan Doktoral di Sejarah UI. Sejak 1986, ia menjadi perancang grafis dan ilustrator, memenangi beberapa kompetisi desain dan ilustrasi nasional. Di IKJ, Iwan mengajar di DKV dan Pascasarjana, pernah bekerja sebagai ketua Jurusan Desain, wakil rektor, direktur Pascasarjana, dan sekarang ketua LPPM Seni Rupa dan Pusat Kajian Naratif Visual. Ia aktif di komunitas ilustrasi dan komik, pem-red di jurnal Urban, jurnal Seni Rupa Warna dan dewan redaksi IJOCA (International Journal of Comic Art).

Dok. FSR IKJ 2016

Hadir pula dalam kesempatan diskusi tersebut (21/8) adalah Beng Rahardian bersama Koko Hendri Lubis, peneliti budaya tradisi lisan Sumatera Utara dan kartunis Toni Masdiono dimoderatori Andris Komala. Beng sendiri juga pengajar di FSR IKJ dikenal sebagai komikus produktif, kontributor komik strip, sekaligus animator key drawing, ilustrator, sketcher peraih penghargaan tingkat nasional, seperti Tidur Panjang (2007) yang memenangkan Kosasih Award dalam kategori Komik Cerita Terbaik, serta Enjah (2014) dalam penghargaan yang sama memenangkan kategori Komik Terbaik, mengambil gelar S2 dalam bidang Penciptaan dan Kajian Seni Urban di Sekolah Pascasarjana Institut Kesenian Jakarta, lulus di tahun 2014 dan langsung bekerja sebagai dosen di Institut Kesenian Jakarta, menjabat sebagai Ketua Program Studi Desain Komunikasi Visual, kini aktif di komunitas komik Akademi Samali .

 

#komikmedan #komikindonesia #komik #pusatkajiannaratifvisual #senirupaikj #deskovikj

Sebarkan :
Daftar News