Bincang-Bincang Sosok Toeti Heraty dalam Pameran Arsip “Aku dalam Budaya”
Bincang-Bincang Sosok Toeti Heraty
Pameran arsip “Aku dalam Budaya” mengambil tajuk dari disertasi Toeti Heraty yang merangkum pemikirannya tentang relasi manusia sebagai subjek dengan budaya sebagai objek. Dengan berpijak pada konsep-konsep yang telah diteorisasikan oleh filsuf sebelumnya, antara lain aku mitik, aku ontologis, dan aku fungsional, Toeti Heraty menawarkan konsep aku dekonstruktif yakni subjek manusia yang mampu bertransendensi melewati batas-batas sehingga mampu bertindak dengan bebas dalam relasinya dengan budaya di sekitarnya.
Mari dalami sosok Toeti Heraty dari berbagai disiplin yang akan menghadirkan:
🔹 Dolorosa Sinaga – Aktivis Perempuan, Seniman
🔹 Yori Antar – Arsitek, LINGWA
🔹 Ni Made Purnamasari – Penyair
🌐 Moderator:
Dhianita Kusuma Pertiwi – Kurator Pameran
🗓️ Sabtu, 6 Juli 2024
🕰️ 14.00 WIB
📍 Auditorium, Cemara 6 Galeri – Toeti Heraty Museum
Jl. HOS. Cokroaminoto No. 9-11, Menteng Jakarta Pusat
🔗 Link Registrasi
https://bit.ly/toeti-heraty
📲 Narahubung
0857-1688-9706 (lly)
0819-0403-9643 (Dewi)
#PameranArsip
#ArsipToetiHeraty
#AkudalamBudaya
#Cemara6Galeri
#ToetiHeratyMuseum
_____
Institut Kesenian Jakarta bersama Galeri 6 Cemara telah sepakat melakukan kerja sama dalam bentuk penyelenggaraan Program Publik Pameran Arsip Toeti Heraty “Aku dalam Budaya” (14 Juni – 14 Juli 2024) dan dalam acara Bincang-Bincang Sosok Toeti Heraty (6 Juli 2024) dengan menghadirkan Dolorosa Sinaga, alumnus perdana IKJ (LPKJ 1974-1977), seorang seniwati handal & dosen, sempat menjabat sebagai Dekan Fakultas Seni Rupa IKJ, dikenal sebagai aktivis perempuan, membahas sosok Toeti Heraty dari disiplin ilmu, pengetahuan serta pengalaman dan perspektifnya bersama para narasumber lainnya.
_____
Sosok Toeti Heraty, doktor filsafat yang lulus berstatus cum laude (UI) sebelumnya pernah studi kedokteran di Rijks Universiteit, Leiden, Belanda ini adalah salah satu pelopor berdirinya IKJ, diangkat menjadi anggota Dewan Kesenian Jakarta (1968-1971) saat pembentukannya di pusat kesenian Jakarta Taman Ismail Marzuki yang juga baru lahir saat itu.
Dikenal sebagai penyair, penulis produktif dan aktivis perempuan yang dikukuhkan sebagai Guru Besar Luar Biasa pada Fakultas Sastra UI (1994), Toeti Heraty turut aktif beraspirasi dalam mengembangkan khasanah kebudayaan dan majunya jalur kesenian para seniman tanah air melalui kepengurusannya di Akademi Jakarta. Kiprah almarhumah dalam memperluas wawasan dan peluang-peluang di bidang seni membuatnya dijuluki sebagai ibu para seniman dan budayawan Indonesia.
_____
Prof. Dr. Toeti Heraty N. Roosseno
(1933 – 2021)
Prof. Dr. Toeti Heraty (1933-2021) dikenal sebagai penulis, budayawan, dokter dan filsuf Indonesia adalah figur seorang Rektor perempuan yang pertama bagi civitas academica Institut Kesenian Jakarta (1990-1996). Kiprah dan sumbangsih beliau bagi IKJ sangatlah besar, telah terpatri hingga sepanjang masa.
Saat Gubernur Ali Sadikin membuka Pusat Kesenian Jakarta Taman Ismail Marzuki (10 November 1968), Toeti bergabung sebagai anggota Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) yang tak lama kemudian segera dibentuk (7 Juni 1968) untuk periode 1968 hingga 1971 dan sangat berperan penting dalam membidani kelahiran IKJ saat itu bernama Lembaga Pendidikan Kesenian Jakarta hingga berdiri di tanggal 26 Juni 1970.
Setelah pendirian LPKJ, Gubernur Ali Sadikin membentuk Akademi Jakarta (24 Agustus 1970) sebagai dewan penasehat bagi Gubernur DKI Jakarta. Keanggotaannya dipilih DKJ berdasarkan peranannya sebagai tokoh kesenian sekaligus pemikir kebudayaan di masyarakat luas, dan keanggotaan ini berlangsung seumur hidup, dimana pada kurun waktu kemudian Toeti diangkat sebagai salah satu anggota Akademi Jakarta.
Jabatan selaku Ketua DKJ sempat diemban Toeti (1982-1985) di sela-sela kesibukannya di bidang akademik dan menulis serta kepenyairannya. Festival Penyair Internasional di Rotterdam (1981) dan International Writing Program, Iowa (1984) sempat diikuti sembari menerbitkan buku puisinya (Mimpi dan Pretensi, 1982) setelah karya pertamanya (Sajak-Sajak 33, 1973) yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh Harry Aveling dalam buku Contemporary Indonesian Poetry (1975). Lebih dikenal sebagai penyair feminis, ia diundang juga ke International Literatuurfestival Winternachten di Den Haag, Poetry International SOAS, London dan Poetry Translation Center SOAS, London, International Seminar on Merantau in the Malay World di Frankfurt. Sebagai Pendiri PEN Indonesia ia ikut serta hadir dalam the PEN CLUB International Conference di Lyon (1981), Tokyo (1984), dan Moscow (2000). Banyak karya puisinya telah diterjemahkan dalam bahasa Inggris, Jerman, Belanda, Perancis, Jepang, Bulgaria, Korea dan Italia.
Mulai menulis sajak di tahun 1966, karya Toeti yang diterjemahkan pula ke dalam bahasa Belanda, Jerman dan Perancis dianggap berani berada di luar jalur mainstream puisi modern Indonesia, sehingga kurang populer bagi awam. Namun bagi penikmat filsafat, tulisan esai dan sajak Toeti merupakan interpretasi dalam dan luas dengan referensi hidup serta wacana, penuh dengan kesadaran dan pengartian (makna).
Sebagai akademisi, selain di IKJ ia dipercaya juga menjadi Ketua Program Pascasarjana Filsafat Universitas Indonesia. Selain menjadi pengurus Akademi Jakarta, Toeti adalah anggota Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia, Dewan Penyantun Jakarta Chamber Orchestra, Dewan Pendiri Yayasan Jurnal Perempuan, dan mantan Ketua Dewan Pembina YLBHI (Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia). Ia juga tercatat sebagai pendiri Cemara 6 Galeri & Museum sebagai salah satu oase dialektika budaya. Penghargaan dari Kerajaan Belanda sebagai “Commandeur in de orde van Oranje-Nassau” (1995), dan dari Pemerintah Perancis (Le Ministre de la Culturele et de la Communication) berupa “Chevalier de L’ordre des Arts et des Lettress” (2005) menambah daftar penghargaan yang diterima sepanjang hidupnya.
Toeti Heraty adalah putri Prof. Dr. (HC) Ir. R. Roosseno Soerjohadikoesoemo seorang cendekiawan, politikus, ilmuwan dan sahabat Ir. Soekarno, Presiden RI pertama serta guru besar Institut Teknologi Bandung, rektor beberapa perguruan tinggi teknik hingga dikenal sebagai Bapak Beton Indonesia yang kemudian menjabat sebagai Menteri Pekerjaan Umum dan Tenaga Kerja (1953) dan Menteri Perhubungan pada Kabinet Ali Sastroamidjojo I (1953-1955) serta anggota Federation International de Precontreinte (FIP), Perwakilan Societe Technique de Utilisation de Beton Precontrante Paris (STUP) serta anggota International Association for Bridge and Structural Engineering Zurich (IABSE).
Masa domisili Toeti di Eropa, tepatnya di Paris saat mengikuti tugas sang ayah membuatnya semakin lekat dengan kehidupan budaya, khususnya kesenian dan filsafat. Perkembangan dan pengalaman hidupnya membuat Toeti kemudian lebih menyuarakan kesetaraan hak, gender, feminisme dalam berbagai tulisan dan presentasi oratoriumnya termasuk bait-bait puisinya yang semakin mengokohkan eksistensinya sebagai penyair. Toeti Heraty hingga kini dikenang sebagai aktivis perempuan sekaligus tokoh intelektual, budayawati dan sastrawati yang telah urun budi sekian lama dalam menyemai dan menumbuhkembangkan kehidupan berkesenian berstandar internasional melalui apresiasinya yang tak terkira kepada para seniman dan seniwati potensial demi mengangkat dan melambungkan nama Indonesia di panggung apresiasi dunia.
*