Top
  /     /   Dosen IKJ

Arsip dan Repertoar dalam Tari: Apa yang Visible dan Invisible

Kesadaran arsip belakangan ini telah menjadi animo yang cukup tinggi di kalangan para pelaku seni. Dalam konteks seni pertunjukan, khususnya tari, menjadi sebuah pekerjaan rumah tersendiri, karena belum adanya infrastruktur dan pelembagaan arsip seni pertunjukan tari yang memadai. Berbeda dengan tradisi di seni rupa, sastra dan film sebagai seni yang memproduksi objek, arsip telah menjadi bagian dalam membangun diskursus dan formalisme seninya.

Sementara, seni pertunjukan macam tari adalah seni peristiwa yang bersifat performatif yang tidak identik dengan hal yang material (objek). Bahkan beberapa yang bisa disebut sebagai arsip tari, juga terkait dengan tubuh yang melekat pada para pelaku tarinya, sedemikian hingga sifatnya non material (invisible archive). Tidak heran, beberapa seni yang identik dengan objek, arsip menjadi bagian sejarahnya yang bersifat material (material history) beserta infrastruktur penyimpanan dan pemeliharaan yang menjadi landasan basis pengetahuannya.

Melalui diskusi publik ini, akan dibedah persoalan peliknya pengarsipan seni pertunjukan tari di Indonesia, khususnya terkait juga dengan pergulatan pengertian arsip dan repertoar yang masing-masing memiliki watak sebagai transmisi pengetahuan yang khas.

Diskusi Publik Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) melalui Komite Tari menyapa rekan Tari dengan diskusi yang bertajuk “Arsip dan Repertoar dalam Tari: Apa yang Visible dan Invisible“. Salah satu narasumbernya adalah sivitas akademika Institut Kesenian Jakarta (IKJ), Nungki Kusumastuti.

 

Nungki Kusumastuti yang bernama lengkap Siti Nurchaerani Kusumastuti adalah pelaku dan pegiat seni, lahir di Banda Aceh, 29 Desember 1958. Menyelesaikan pendidikan D3 Penciptaan Tari, S1 Antropologi Tari di Institut Kesenian Jakarta (IKJ), S2 Antropologi Budaya, dan S3 Ilmu Sejarah di Universitas Indonesia. Hingga saat ini Nungki mengajar di Fakultas Seni Pertunjukan, serta menjabat sebagai Ketua Senat IKJ.

Nungki, salah satu Pendiri Festival Tari Kontemporer bertaraf internasional (Indonesian Dance Festival) yang telah berlangsung 29 tahun, dan masih terus aktif mengelola serta menjadi Pengarah festival tersebut. Juga menjabat sebagai Direktur Eksekutif Yayasan Loka Tari Nusantara yang bergerak di bidang seni-budaya, pendidikan dan penelitian.

Masih aktif menari, berperan dalam film dan sinetron serta menjadi kurator film cerita panjang dalam Festival Film Indonesia (FFI) tahun 2019 dan 2020. Selain itu Nungki juga menulis buku, artikel dan beberapa kali mendapat penghargaan di bidang tari, seni pertunjukan, film, dan sinetron.

Diskusi Publik seri #15 Komite Tari DKJ bertajuk “Arsip dan Repertoar dalam Tari: Apa yang Visible dan Invisible” hadir di hari Selasa, 28 September 2021 pukul 19.00 – 21.00 WIB, disiarkan langsung melalui kanal YouTube Dewan Kesenian Jakarta.

Link YouTube: https://www.youtube.com/watch?v=53CGnXHfc70

#DiskusiPublik
#Tari
#KomiteTariDKJ
#DewanKesenianJakarta
#suarajernihdaricikini

#IKJ

 

Sumber data (teks & visual): IG @jakartscouncil, akun resmi Dewan Kesenian Jakarta

Sebarkan :
Daftar News