Kisah tentang Garin

 

Garin Nugroho Riyanto menjadi sutradara film dokumenter tak lama setelah berpredikat sebagai alumnus Institut Kesenian Jakarta pada tahun 1985.

Meski di tengah arus utama perfilman nasional yang bergerak ke arah industri siaran televisi dan film berbumbu erotis di era ’90an, Garin tetap memiliki idealisme dalam memproduksi film kelas festival internasional, sehingga ia menjadi sineas yang pada masa itu diharapkan publik untuk menyelamatkan film nasional, dengan film-film seperti “Bulan Tertusuk Ilalang” dan “Daun di Atas Bantal”.

Inilah edisi perdana Kisah Orang Lama (KOL) persembahan Festival Seni Tahun Emas IKJ 2020 yang telah beralih wahana. KOL terdiri dari kisah-kisah alumni Institut Kesenian Jakarta yang telah tercatat memiliki kontribusi bagi dunia seni nasional, khususnya di mata dunia.

Simak terus!

#TahunEmasIKJ
#50TahunIKJ
#IKJ2020

Info lengkap: [email protected]

 



@kampusikj



@institutkesenianjakarta



Institut Kesenian Jakarta



Institut Kesenian Jakarta

Facebook
Twitter
LinkedIn
Email

Yayasan Seni Budaya Jakarta

Komplek Pusat Kesenian Jakarta Taman Ismail Marzuki 

Jalan CikiniRaya No.73 Jakarta 10330 Indonesia 

T: 6221 3147818 F: +62 21 3147818 

[email protected] /[email protected]

Dr. Suzen HR Lumban Tobing S.Sn, M.Hum.

Wakil Rektor II – Bidang Keuangan, Umum dan Sumber Daya Manusia

__

Memperoleh gelar Doktor Ilmu Susastra pada Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya di Universitas Indonesia (2024) dan meraih gelar Magister (S2) pada bidang Pengkajian Seni Pertunjukan dan Seni Rupa di Universitas Gadjah Mada (2006), dan lulus dari program Sarjana (S1) pada Fakultas Film dan Televisi di Institut Kesenian Jakarta (1998).

Mulai aktif mengajar sebagai dosen tetap di Fakultas Film dan Televisi Institut Kesenian Jakarta (IKJ) pada Tahun 2011, dan diberikan kepercayaan menjabat sebagai Wakil Rektor IV Bidang Kerjasama Periode 2016–2020, serta sebagai Ketua Satuan Tugas Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual (Satgas PPKS) Institut Kesenian Jakarta di Tahun 2024. Kegiatan eksternal lainnya yaitu pernah menjabat sebagai Konsultan Ahli Media dan Broadcast Kementerian Komunikasi Sosial Timor Leste (2014–2015), terpilih sebagai Anggota Lembaga Sensor Film (LSF) Periode 2015–2019 (nonaktif), dan sebagai Konsultan di Expert Team pada Direktorat Komersial dan Pembiayaan Perum Produksi Film Nasional (2020–2024). Pengalaman profesional lainnya yaitu aktif menjadi Narasumber/Pembicara seni dan sebagai Kreator Konsep Kreatif.

Pengalaman dalam bidang penelitian dan publikasi, menulis pada beberapa jurnal Nasional maupun Internasional, antara lain Jakarta Toba Batak Subject Position in Toba Batak Mangongkal Holi : Laclau Discourse Analysis (2023); Mudra Jurnal Seni Budaya, Studi Literatur: Penggunaan Virtual Reality sebagai Media Pembelajaran dan Uji Kompetensi untuk Industri Perfilman (2022); Jurnal Cikini – Institut Kesenian Jakarta, Ramayana Ballet Performance’s Allure at Purawisata Yogyakarta (2022); Mudra Jurnal Seni Budaya, dan The Existence of Tejakula Wayang Wong Dance Daram, A Cultural Heritage for Preservation, Delamination, and Tourism Attraction (2022). International Journal of Social Science, serta Digital Funeral as Solution for Revitalizing Batak’s Funeral Rites Mangokal Holi (2022); Proceedings of the Sixth International Conference on Language, Literature, Culture, and Education (ICOLLITE)

Dr. Citra Smara Dewi, S.Sn., M.Si.

Wakil Rektor I – Bidang Akademik dan Kemahasiswaan

__

Memperoleh gelar Doktor Ilmu Sejarah pada Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya di Universitas Indonesia (2021) dan program Magister (S2) pada program studi Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik di Universitas Indonesia (2004), Sarjana (S1) pada program studi Desain Interior Fakultas Seni Rupa Institut Kesenian Jakarta (1998). Memiliki pengalaman dalam bidang Pendidikan sebagai dosen tetap Fakultas Seni Rupa Institut Kesenian Jakarta (FSR IKJ),  menjabat sebagai Ketua Senat Institut Kesenian Jakarta (2021-2024), Sektretaris Senat IKJ (2017-2021), Dekan FSR IKJ Periode 2008-2012 dan 2012-2016, Wakil Dekan II – Bidang Administrasi Umum Keuangan (2004-2008) dan Sekretaris Jurusan Desain Interior FSR IKJ (1998-2000),

Pengalaman eksternal lainnya yaitu pernah menjadi anggota Tim Penyusun Naskah Akademik Pembentukan Kementerian Kebudayaan RI periode kepemimpinan Prabowo – Gibran Tahun 2024, Pendiri Yayasan Lesung Budaya Nusantara (YLBN) Tahun 2024. Saat ini masih aktif menjabat sebagai Dewan Pengurus Lingkar Budaya Indonesia (LBI) Periode 2023 – 2026, dan tercatat sebagai asesor Seni Rupa Lembaga Sertifikasi Profesi – Bidang Kurator, Kemendikbud, Asesor Beban Kerja Dosen (BKD) Kemendikbud, serta sebagai Tim Kurator Galeri Nasional Indonesia (GNI) Direktorat Jenderal Kebudayaan Kemendikbud.

Pengalaman dalam bidang penelitian dan publikasi, antara lain Hasim Pelukis Betawi legendaris (2024), Seni Grafis Kenusantaraan; Kajian Koleksi GNI era 1950-an hingga 1970-an (2021), Kumpulan Tulisan pada buku Dolorosa Sinaga: Tubuh, Bentuk, Substansi (2020), Book Chapter “Dunia Koleksi Hulu Hilir Kepemilikan Karya Seni”,  (2019), Sejarah “Tokoh Pahlawan Nasional” dalam visual” (2017),  Seni Rupa Esay dan Kritik, “Kumpulan Artikel Dan Suwaryono”, (2015), Seni Rupa Ruang Publik, (2015), Buku  “15 years The National Gallery of Indonesia : Process & Progress”, Galeri Nasional Indonesia, (2013) dan 19 Tokoh Fakultas Seni Rupa, Institut Kesenian Jakarta 1970-2010 (2010). Beberapa tulisan ilmiah lainnya sudah terpublikasi pada Jurnal Seni Rupa dan Budaya baik nasional maupun internasional.  Pengalaman profesional lainnya, aktif sebagai nara sumber/konsultan seni dan juri pada kegiatan-kegiatan seni budaya. Pengalaman dalam bidang jurnalistik yaitu pernah mengikuti Pelatihan Jurnalistik di Lembaga Jurnalis Dr. Soetomo, Jakarta dan menjadi jurnalis tahun 1993 – 1996 serta menjadi kurator berbagai pameran seni rupa tingkat nasional, regional dan internasional.

Rektor Institut Kesenian Jakarta

__

Rektor Institut Kesenian Jakarta (IKJ) Peridoe 2024 – 2028 yang telah dilantik dan ditetapkan oleh Yayasan Seni Budaya Jakarta adalah Guru Besar Tetap Sekolah Bisnis Institut Pertanian Bogor (IPB). Karir pendidikannya dimulai dari studi yang ia tempuh pada bidang Teknologi Hasil Pertanian (1981) di Institut Pertanian Bogor, dan melanjutkan studi Magister (S2) Teknik dan Manajemen Industri di Asian Institute of Technology (1985), serta berhasil meraih gelar Doktor dari Institut National Polytechnique de Lorraine di Prancis pada bidang Teknik Sistem Industri (Spesialisasi Social Engineering) Tahun 1993Selain menempuh pendidikan formal ia juga mengikuti kursus/pelatihan di dalam dan luar negeri, diantaranya pelatihan Integrated Human Resource Development selama 1 bulan di Biotrop, Bogor (1987), Leadership Training selama 2 (dua) Minggu di PBS – Singapore (2000), International Society for Sytem Sciences Conference selama 1 minggu di Shanghai – People’s Republic of China (2002) dan melakukan studi banding untuk pengembangan Sekolah Bisnis IPB selama 1 minggu di Belanda dan Prancis (2018) serta melalukan studi banding yang sama ke Swiss, Jerman, Ceko dan Polandia pada Tahun 2019.

Kerja keras dan pengabdian yang dijalani tentunya menorehkan beberapa penghargaan yang ia dapatkan diantaranya, berhasil meraih penghargaan sebagai Dosen Teladan Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor (1996) dan Penghargaan Satya Lencana Karya Satya 10, 20, dan 30 tahun dari Presiden Republik Indonesia

Selain itu, ia juga memiliki banyak pengalaman dan prestasi kerja baik itu di lingkungan Pendidikan maupun lingkungan pemerintahan diantaranya, pernah menjabat sebagai Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan Institut IPMI periode Maret 2023 – Oktober 2024 dan pernah menjabat sebagai Sekretaris Jenderal (2006 – 2012), Direktur Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, serta Kepala Badan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil di Kementerian Kelautan dan Perikanan RI yang bertanggung jawab langsung kepada Menteri. Saat ini ia masih aktif menjabat sebagai Anggota Panitia Seleksi Eselon I dan II Pemprov. DKI Jakarta serta Panitia Seleksi Eselon I dan II Sekretaris Jenderal DPR RI.

Sejarah Lengkap

Institut Kesenian Jakarta (IKJ) semula bernama LPKJ (Lembaga Pendidikan Kesenian Jakarta) merupakan proyek utama Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) di samping Pusat Kesenian Jakarta Taman Ismail Marzuki (PKJ-TIM). Lembaga ini pertama kali dibuka pada tahun 1970 dengan pendidikan enam bidang kesenian yaitu Akademi Seni Rupa, Akademi Teater, Akademi Musik, Akademi Tari, Akademi Film dan Akademi Seni Sastra. Akademi Seni Sastra tidak mengalami perkembangan dan LPKJ tetap merupakan lembaga pendidikan tinggi kesenian pertama di Indonesia yang mencakup 5 (lima) bidang kesenian di dalam satu kampus.

Berdirinya LPKJ

Pada tahun 1967, Gubernur DCI (Daerah Chusus IbukotaDjakarta Ali Sadikin (1966-1977) bertemu para seniman senior, membahas perlunya sebuah Pusat Kesenian di Jakarta. Gubernur sadar bahwa sebuah kota besar tidak hanya dibangun dengan ekonomi dan infrastruktur industri. Bahwa selain fasilitas umum dan fasilitas sosial, sebuah kota besar memerlukan fasilitas dan infrastruktur budaya. Bahwa budaya adalah ciri sebuah kota dan sebaliknya, kota tanpa budaya yang beradab bisa mendangkalkan warganya. Para seniman mengeluhkan bahwa saat itu tak ada tempat berpentas, berkumpul, berdiskusi dan berpameran yang layak dan cukup besar. Gubernur pun berkeinginan membentuk dan membuat fasilitas untuk Seni dan Budaya Betawi, budaya asli Jakarta, yang telah dipilih menjadi identitas dan ikon Jakarta.

Dari rangkaian pertemuan tersebut, timbul gagasan mendirikan Pusat Kesenian Jakarta di bekas lahan yang tadinya adalah Kebun Binatang Cikini. Kebun Binatang baru yang lebih luas, asri dan teduh telah dibangun di Ragunan, Jakarta Selatan. Karena itu Cikini dipilih menjadi pusat kesenian baru, selain tempat tersebut sangat strategis di pusat kota, lahan itu juga punya sejarah budaya sebagai bekas rumah milik Raden Saleh, pelopor seni lukis romantik-realistik Indonesia. Pada akhirnya dengan SK Gubernur DKI Jakarta No. 1b.3/2/19/1968, Gubernur memutuskan membangun infrastruktur seni dan membiayai pemeliharaan serta pengembangan seni di tempat tersebut, atas usul masyarakat, Tempat itu diberi nama Pusat Kesenian Djakarta – Taman Ismail Marzuki (PKJ-TIM). Tempat ini dimaksudkan untuk mementaskan, memamerkan dan mempertunjukkan hasil karya seni di Indonesia baik yang tradisional maupun yang modern-kreatif. PKJ-TIM juga menyelenggarakan pertunjukan terkemuka mancanegara. Gubernur juga membentuk 2 lembaga pendukung yaitu Akademi Djakarta (merumuskan arah perkembangan seni) dan Dewan Kesenian Djakarta (kurasi dan pengaturan program seni).

Dari pembicaraan dengan para seniman senior juga muncul kebutuhan untuk mempunyai pusat pendidikan tinggi seni, yang mempelajari seni-seni kreatif-modern, yang nantinya akan mengisi PKJ TIM. Para seniman senior menyatakan bahwa PKJ TIM akan menjadi tempat pembelajaran dan penyemaian seni yang ideal, karena banyak pameran dan pertunjukan bermutu dan seniman besar Indonesia maupun dunia memberikan workshop di sana. Namun perlu suatu wadah pendidikan yang terstruktur dan punya disiplin kuat. Maka pada tanggal 26 Juni 1970, Gubernur DKI Jakarta menerbitkan SK No. Cb.14/4/6/70 mengenai Lembaga Pendidikan Kesenian Djakarta (LPKD), dengan 6 akademi yaitu: Teater, Tari, Musik, Film, Seni Rupa dan Seni Sastra. Dalam perkembangannya, Akademi Seni Sastra tidak pernah dibuka. Dalam SK itu disebutkan bahwa: Secara materiil Lembaga Pendidikan Kesenian Djakarta bertanggung jawab kepada Gubernur dan secara idiil bertanggung jawab kepada Dewan Kesenian Djakarta (DKD). Pada awalnya kegiatan belajar-mengajar dilakukan di lantai dua gedung induk PKJ TIM (bersebelahan dengan kantor DKJ).

Lambang lembaga diciptakan oleh G. Sidharta berupa stilasi Pohon Hayat yang melambangkan kelangsungan alam dan kehidupan abadi yang berakar di bumi Indonesia. Bentuk rumah tradisi di bawahnya juga melambangkan rumah besar sekaligus kebun persemaian lahirnya para kreator dan pemikir kesenian yang berperan dalam perkembangan kebudayaan Indonesia dan memecahkan semua persoalan dengan azas kekeluargaan. Motif gelombang air di tengah melambangkan sifat dinamis dalam menghadapi segala keadaan. Motif sepasang burung di kiri dan kanan serta api yang mencuat di tengah adalah lambang wawasan luas dan sikap terbuka terhadap lingkungan dan kesadaran budaya.

Pada mulanya kegiatan belajar-mengajar menggunakan sistem sanggar dan magang dengan pendekatan individual yang menitikberatkan pada kepentingan kreativitas. Karena minat mahasiswa baru semakin besar dan kegiatan DKJ dan PKJ TIM semakin banyak, Gubernur membangun kampus baru, di sebelah gedung induk TIM. Pada peringatan ulang tahun ke 6 LPKJ tanggal 26 Juni 1976, kampus tersebut selesai dan diresmikan oleh Presiden Soeharto, menjadi kampus pertama di Indonesia dimana semua bidang seni diajarkan di bawah satu atap. Pada waktu itu sistem yang dipakai adalah pendidikan langsung ke praktik seni, dan belum mengikuti aturan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

LPKJ menjadi Institut Kesenian Jakarta

Pada tahun 1980, Gubernur yang baru Tjokropranolo, meminta supaya LPKJ resmi menjadi Perguruan Tinggi sesuai ketentuan Depdikbud yang berlaku. Untuk itu, sesuai aturan maka (1) harus ada Yayasan yang membina (2) harus ada bentuk akademik yang baku. Dipilihlah bentuk ‘Institut’ dan beberapa tokoh masyarakat dan seni mendirikan Yayasan Institut Kesenian Jakarta (YIKJ). Proses selanjutnya adalah penataan kembali struktur dan aturan akademik sesuai ketentuan dan penataan kembali sistem kelembagaan yang tadinya langsung di bawah Gubernur DKI Jakarta.

LPKJ sebagai Lembaga Pendidikan Tinggi Kesenian Swasta yang tercatat di Kopertis Wilayah III, memperoleh status terdaftar pada tanggal 23 Februari 1981 dari Menteri P & K dengan Surat Keputusan no. 081/O/81. Dengan status tersebut LPKJ memakai sebutan baru yaitu Institut Kesenian Jakarta disingkat IKJ yang dibina oleh YIKJ (Yayasan Institut Kesenian Jakarta) yang didirikan pada tanggal 20 Desember 1981 dengan Akte no.91 Notaris Hobropoerwanto Jakarta.

Sejak 1981 akademi-akademi yang ada berubah menjadi 2 fakultas, yaitu Fakultas Kesenian yang mengelola jurusan Tari, Musik dan Teater serta Fakultas Seni Rupa dan Desain yang di dalamnya terdiri dari Jurusan Seni Rupa dan Jurusan Sinematografi. Dengan restrukturisasi ini, Institut Kesenian Jakarta sejak 1981 tidak lagi menjadi program Dewan Kesenian Jakarta seperti waktu LPKJ sebelumnya, namun menjadi lembaga yang selalu dalam koordinasi KOPERTIS Wilayah III, Dinas Kebudayaan DKI-Jakarta dan YIKJakarta. Institut Kesenian Jakarta tetap menjadi mitra DKJ dalam berbagai program di dalam lingkungan PKJ-TIM maupun di luarnya. Setelah menjadi Institut Kesenian Jakarta, lembaga pendidikan tinggi ini menerapkan sistem pembelajaran secara runut, terukur dan terstruktur yang menekankan kepentingan keilmuan. Pendekatan keilmuan untuk menghasilkan seniman terdidik dan pengkaji seni.

Dengan perkembangannya, tahun 1989 Gubernur membentuk Yayasan Kesenian Jakarta untuk membantu pengelolaan dan program Institut Kesenian Jakarta dan DKJ. Secara resmi berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Khusus Ibukota Jakarta No. 148 tahun 1991, Pengelolaan Institut Kesenian Jakarta berada di bawah Yayasan Kesenian Jakarta sesuai Akte Notaris Koesbiono Sarmanhadi, SH. Nomor 69 tanggal 22 Agustus 1989. Yayasan Kesenian Jakarta (YKJ) juga membantu pengelolaan PKJ-TIM. Di dalam koordinasi yayasan ini jumlah program studi dan jumlah mahasiswa, dosen dan karyawan meningkat,.

Institut Kesenian Jakarta saat itu memiliki dua Fakultas yaitu Fakultas Kesenian dan Fakultas Seni Rupa dan Desain. Fakultas Kesenian mencakup tiga Jurusan yaitu Jurusan Teater, Jurusan Musik, Jurusan Tari. Fakultas Seni Rupa dan Desain mencakup dua Jurusan yaitu Seni Rupa dan Sinematografi. Tahun 1989 Jurusan Sinematografi menjadi Fakultas tersendiri yaitu Fakultas Film Televisi, Fakultas Kesenian berubah menjadi Fakultas Seni Pertunjukan, dan Fakultas Seni Rupa dan Desain berdiri sendiri dengan nama Fakultas Seni Rupa.

Pada tahun 2004, Prof. Sardono W. Kusumo diangkat sebagai rektor untuk masa jabatan 2004-2008, terpilih melalui sidang senat Institut Kesenian Jakarta.

Institut Kesenian Jakarta membentuk program studi baru: Penciptaan dan Pengkajian Seni Strata 2. Salah satu tujuannya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia, juga mengejar persyaratan yang ditentukan Dikti tentang dosen yang harus lulusan S2. Pada tahun 2009 dimulai kelas pertama Penciptaan dan Pengkajian Seni S2 di Institut Kesenian Jakarta, di bawah pimpinan Direktur Dr. Wagiono Sunarto, MSc. Program S2 yang kemudian menjadi Sekolah Pascasarjana Institut Kesenian Jakarta ini memilih “warna” atau karakteristik “Seni Urban dan Industri Budaya”, sesuai dengan Visi Misi Institut Kesenian Jakarta. Pada tanggal 8 Januari tahun 2009, melalui rapat senat, Dr. Wagiono Sunarto, MSc. secara aklamasi dipilih menjadi rektor selanjutnya, periode 2009-2013.

Tahun 2012 Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo mendirikan Yayasan Seni Budaya Jakarta (YSBJ) khusus untuk Institut Kesenian Jakarta. Yayasan Seni Budaya Jakarta didirikan dengan Akta Notaris R. Hendro N. Asmoro, SH. Nomor 9, tanggal 14 Februari 2012 dan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor: AHU-139.AH.01.04.2012. Pada tanggal 20 Mei 2013 berdasarkan Keputusan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Nomor 790 Tahun 2013, yang ditandatangani oleh Joko Widodo, pengelolaan Institut Kesenian Jakarta diserahkan kepada YSBJ. Dengan susunan Pendiri serta Pembina Yayasan adalah Dr. H. Fauzi Bowo dan sebagai Ketua Yayasan ditunjuk Slamet Rahardjo Djarot yang saat itu menjabat sebagai Ketua Senat. Rapat Senat Institut Kesenian Jakarta tahun 2014 kemudian memilih Prof. Dr. Sapardi Djoko Damono untuk menjabat sebagai Ketua Senat Akademik.

Dari sisi akademik, sejak 2006 program studi Institut Kesenian Jakarta sudah mengalami dua periode pengajuan dan penilaian akreditasi dan hingga saat ini (2019) sedang memasuki yang ketiga. Semua program studi (tigabelas program studi) sudah terakreditasi di antaranya ada tiga yang mencapai nilai A yaitu program studi DKV S1, program studi Desain Produk S1, program studi Seni Murni S1 dan program studi Film dan Televisi D3.

Terpilih Dr. Seno Gumira Ajidarma, M. Hum menjadi rektor periode 2016-2020. Kini, Rektor IKJ terpilih untuk periode 2020-2024 adalah Dr. Indah Tjahjawulan, M.Sn.

Pendirian lembaga Institut Kesenian Jakarta adalah berdasarkan semangat menghasilkan orang-orang dengan kemampuan sebagai peneliti maupun pencipta di bidang kesenian serta lulusan yang dihasilkan Institut Kesenian Jakarta sebagai sarjana yang cerdas, mempunyai kompetensi tinggi dan berdaya saing di bidang kesenian. Proses pembelajaran di Institut Kesenian Jakarta tetap memberikan ruang bagi mahasiswa untuk terlibat dalam kegiatan kesenian dan industri kreatif di Jakarta. Nilai-nilai yang mendasari proses pembelajaran di Institut Kesenian Jakarta adalah keterbukaan, kejujuran, kebenaran dan kebebasan berpikir.

Koordinasi dengan lembaga-lembaga seni di bawah Pemda DKI Jakarta seperti Dewan Kesenian Jakarta, Akademi Jakarta dan Unit Pengelola TIM tetap dilakukan untuk menyelaraskan ekosistem kehidupan seni di kawasan Taman Ismail Marzuki.