https://csama.uern.br/wp-content/sgacor/ https://www.indonesiafocus.net/wp-content/uploads/ https://www.j-mfc.com/uploadimages/ https://saigroupglobal.com/sdana/ https://didr.sabah.gov.my/-/sgacor/ https://lifestars.com.br/blog/wp-content/uploads/2024/ https://buku.ortax.org/sgacor/ https://www.nevaseasons.ru/public/catalog/
https://suneducationgroup.com/wp-content/system/dana/ https://trabalheconosco.flexform.com.br/assets/line/dana/ https://bvducet.bharatividyapeeth.edu/system/dana/ https://dev.gtu.ge/wp-includes/dana/ https://experiencia360sjl.ucv.edu.pe/webxr/dana/ https://icab.brown.gob.ar/dana/
https://alatberatbekasjepang.com/ https://cms.uki.ac.id/pict/spulsa/ https://bpiw.pu.go.id/uploads/demo/ https://e-learning.universitasbumigora.ac.id/local/slottoto/ https://portaltest.hubla.dephub.go.id/storage/-/
slot gacor server luar slot pulsa slot gacor slot dana terbaru slot gacor terpercaya slot gacor terbaru slot gacor terbaik
Wregas Bhanuteja – Institut Kesenian Jakarta
Top

Wregas Bhanuteja

  /     /   Wregas Bhanuteja

Wregas Bhanuteja

Sutradara film, Penulis skenario

"Selain dari sisi sejarah dan filosofis serta psikologis hingga berbagai muatan teknis, ekosistem yang terbangun otomatis di sekolah film (FFTV-IKJ) juga jadi faktor yang amat membantu perkembangan karir seorang sineas di level profesionalnya."

Profil

 

Raphael Wregas Bhanuteja, alumnus Fakultas Film dan Televisi Institut Kesenian Jakarta ini adalah sutradara film Indonesia pertama yang mendapatkan penghargaan film pendek terbaik di Semaine de la Critique, Festival Film Cannes 2016 dengan film pendeknya yang berjudul “Prenjak” (In The Year of Monkey) serta berhasil memenangkan penghargaan Leica Cine Discovery Prize sebagai film pendek terbaik di festival tersebut. Untuk pertama kalinya nama Indonesia berkibar di sini menerima anugerah penghargaan. Film panjang pertamanya “Penyalin Cahaya” (2021) usai premiere di Busan International Film Festival 2021, berhasil memenangkan 12 Piala Citra di Festival Film Indonesia 2021, ajang yang didominasi oleh para insan civitas academica IKJ, Wregas pun terpilih sebagai Sutradara Terbaik.

Sebelumnya, saat kuliah, Wregas telah mulai mengukir prestasinya semenjak ia mahasiswa dan mulai berkarya dengan menulis dan menyutradarai beberapa film pendek.  Wregas dinobatkan menjadi sutradara termuda yakni di usia 22 tahun dalam kompetisi di 65th Berlin International Film Festival 2015 kategori Berlinale Shorts Competition. Film pendek Wregas berjudul “Lembusura” (2014) perpaduan antara fiksi dan dokumenter, berkisar tentang letusan Gunung Kelud, masuk seleksi di festival ini, meski dengan biaya produksi hanya sekitar tiga puluh lima ribu rupiah. Usai menyelesaikan studi mayor penyutradaraan film di tahun 2014, tugas akhirnya berjudul Lemantun (2015) mendapat banyak penghargaan di berbagai festival film pendek, antara lain sebagai film pendek terbaik di XXI Short Film Festival 2015 dan film pendek terbaik di Apresiasi Film Indonesia 2015 serta Film Pendek Terbaik Piala Maya FFI 2015. Film ini juga berhasil memborong penghargaan kelompok Cinema XXI Short Film Festival di semua kategori juri. Film Pendek Fiksi Naratif (Pilihan Juri IMPAS), Film Pendek Fiksi Naratif Terbaik (Pilihan Official Jury) serta Film Pendek Pilihan Penonton. 

Di tahun 2016 penghargaan lain yang diterimanya untuk film “Prenjak” adalah Cinema Nova Awards Best Short Film Melbourne International Film Festival 2016Silver Screen Awards Best Short Film Singapore International Film Festival 2016 dan Best Short Film Prague Short Film Festival 2016, selain tak luput menyabet Piala Citra untuk Film Cerita Pendek Terbaik Festival Film Indonesia 2016. Interpretasinya tentang lagu Chopin Larung dari Guruh Soekarno Putra (Wregas membuat film tersebut hanya berdua dengan Ersya Ruswandono sebagai Director of Photograhy) dalam film pendek The Floating Chopin terseleksi untuk berkompetisi dalam 40th Hong Kong International Film Festival 2016.

Pada tahun 2019, Wregas kembali dengan film pendek bertajuk Tak Ada yang Gila di Kota Ini / No One is Crazy in This Town (2019). Film ini lolos untuk berkompetisi di program Wide Angle: Asian Short Film Competition di Busan International Film Festival (BIFF) yang digelar pada 3-12 Oktober 2019 di Busan, Korea Selatan serta meraih Piala Citra di FFI 2019 sebagai Film Pendek Terbaik.

Selain meraih Piala Citra menang dalam FFI 2021, film panjang Penyalin Cahaya, menurut Wregas diharapkan akan ditonton semua orang untuk mendapatkan spirit dan kekuatan agar publik menjadi tergerak untuk mengatasi isu darurat tentang kekerasan dan pelecehan seksual. Hal ini sejalan dengan terbitnya Permendikbud Nomor 30/2021 tentang Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual di Lingkungan Perguruan Tinggi.

Film panjang keduanya menyusul, berjudul “Budi Pekerti” (2022) tampil secara perdana pada salah satu festival film paling bergengsi dunia, World Premiere di Toronto International Film Festival 2023, 7-17 September, Amerika Serikat. Film ini diagendakan tayang di layar lebar Tanah Air pada akhir 2023.

Daftar News