Asep Topan
Kurator
"Saya berharap IKJ tetap mempertahankan karakteristiknya sebagai institusi dan terus berkontribusi bagi akademik seni, dunia seni pada umumnya di Indonesia dan tentunya masyarakat yang lebih luas."
Profil
Asep Topan, M.Sn., alumnus Fakultas Seni Rupa Institut Kesenian Jakarta (2011) dari Jurusan Seni Murni dan mengambil peminatan Seni Grafis, merupakan angkatan 2007 FSR IKJ. Kini ia dikenal sebagai kurator, di samping kegiatan kesehariannya mengajar (dosen) di FSR IKJ
Sejak masih kuliah pria kelahiran Majalengka, 27 Juni 1989 ini rajin mengikuti beberapa eksibisi karya seni. Seperti di Japan Foundation, Galeri Soemardja Institut Teknologi Bandung, Jogja National Museum, Galeri Nasional dan lainnya.
Saat lulus di tahun 2011, Asep menjadi relawan penulis di acara Ok.Video, sebelum bergabung dengan Indonesian Street Art Database (ISAD) sembari banyak aktif di Ruang Rupa (RuRu).
Tahun 2012 di acara Jakarta 32° Asep menjadi jadi koordinator workshop acara yang diselenggarakan Ruang Rupa itu sekaligus jadi editor buku. Di tahun kedua pasca lulus, Asep terlibat di penyelenggaraan berbagai pameran, termasuk ARTE Indonesia Art Festival.
Memiliki pendidikan formal sebagai seorang perupa, ia telah bekerja sebagai kurator seni kontemporer sejak 2013 dengan fokus pada isu-isu sosial-politik melalui pendekatan transdisipliner. Asep mengikuti de Appel Curatorial Programme, Amsterdam (2015-16), sebuah program bergengsi yang berdurasi 10 bulan yang menempatkan peserta dalam konteks lokal, dengan perhatian khusus terhadap keterlibatan dalam bidang seni kontemporer internasional.
Sembari itu ia melanjutkan pendidikannya di Institut Teknologi Bandung dan meraih gelar Magister Seni dalam bidang Kuratorial dan Manajemen Seni (2017).
Asep kemudian menjabat sebagai Wakil Direktur Jakarta Biennale, dimana dia berperan penting dalam merancang agenda kuratorial untuk acara biennale pada 2017. Jakarta Biennale adalah salah satu biennale seni terpenting di Indonesia.
Beberapa pameran seni rupa yang telah ia kuratori di antaranya ialah ‘Melati Suryodarmo: Why Let the Chicken Run?’ dan ‘Dunia dalam Berita’ di Museum MACAN, ‘You Must Make Your Death Public’ di de Appel Arts Centre (co-curator), dan Jakarta Biennale 2015 ‘Maju Kena Mundur Kena: Bertindak Sekarang’ (co-curator).
Selain itu ia telah banyak terlibat dalam berbagai proyek penelitian seni, menulis esai di katalog pameran, dan menerbitkan antologi tulisan pada tahun 2014 berjudul Sketsa dan Sebuah Kesalahan. Sejumlah institusi mengundangnya sebagai dosen tamu dan pembicara, terutama pada praktik kuratorial. Di FSR IKJ, ia menjadi pengajar untuk beberapa mata kuliah seperti Aktivisme Seni Rupa, Kajian Pameran Seni Rupa dan Metode Penelitian.