SEJARAH
1970 – SEKARANG
Berawal dari beberapa tahun sebelum 1970, Gubernur Daerah Khusus Ibukota Jakarta (1966-1977), Ali Sadikin –yang akrab dipanggil ‘Bang Ali’– melihat bahwa metropolitan internasional seperti Jakarta membutuhkan fasilitas dan infrastruktur budaya. Menurutnya Jakarta akan menjadi tempat yang kering dan miskin budaya bila tidak ada kehidupan dan pendidikan seni. Pertemuannya bersama para tokoh seniman senior Indonesia saat itu melahirkan gagasan atas keberadaan sebuah wadah seni yang terpusat.
Setelah Gubernur mendirikan Pusat Kesenian Jakarta bernama Taman Ismail Marzuki (1968) serta membentuk Akademi Jakarta sebagai perumus arah perkembangan seni dan Dewan Kesenian Jakarta untuk kurasi dan pengaturan program seni yang dipentaskan dan dipamerkan, maka pada tanggal 26 Juni 1970, Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin mendirikan Lembaga Pendidikan Kesenian Jakarta (LPKJ) di Pusat Kesenian Jakarta – Taman Ismail Marzuki, Cikini. Sebuah lahan luas bekas tempat kediaman pelukis Raden Saleh (1811-1880) yang semula merupakan Kebun Binatang Cikini berganti rupa menjadi wadah terpusat para seniman berkarya melalui pelatihan, pembelajaran dan apresiasi seni. Seluruh warga Jakarta akhirnya dapat menikmatinya di satu kawasan terpadu di pusat kota.
Program pendidikan yang bersifat sanggar tersebut tak lama kemudian berkembang dan LPKJ berganti nama menjadi Institut Kesenian Jakarta (1980). Program studi pun mengikuti kebutuhan zaman dari masa ke masa. Hingga detik ini berbagai program studi telah terangkum dalam tiga Fakultas, yakni: Fakultas Film dan Televisi (FFTV), Fakultas Seni Rupa (FSR), Fakultas Seni Pertunjukan (FSP) serta ditambah dengan Sekolah Pascasarjana.
Sekarang ini pengelolaan IKJ diserahkan kepada Yayasan Seni Budaya Jakarta (YSBJ). Sejak didirikan pada tahun 1970, IKJ kini di Tahun Emas terbukti berperan penting dalam melahirkan seniman, aktor, perupa, desainer, musisi, animator, koreografer, sineas, kritikus seni, kurator, budayawan dan berbagai tenaga profesional seni yang menghidupkan kegiatan budaya, kegiatan sosial dan kegiatan industri tak hanya Jakarta, namun juga secara nasional hingga ke panggung dunia.